kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Suku bunga The Fed naik, yield SUN belum tentu ikut terkerek


Minggu, 23 September 2018 / 18:24 WIB
Suku bunga The Fed naik, yield SUN belum tentu ikut terkerek
ILUSTRASI. Pemerintah raup 12 triliun dari Lelang SUN


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Analis memproyeksikan kenaikan suku bunga The Fed Kamis (27/9) dini hari tidak serta merta membuat yield obligasi pemerintah akan ikut naik. Namun, suku bunga deposito yang saat ini sudah mulai menyaingi imbal hasil obligasi tenor pendek bisa membuat yield obligasi beranjak naik, karena pembeli obligasi berkurang dan beralih ke deposito.

Fixed Income Fund Manager Ashmore Asset Management Indonesia Anil Kumar mengatakan yang lebih penting investor perhatikan dari keputusan FOMC pekan depan adalah bukan dari kenaikan suku bunga acuannya yang kali ini, melainkan pergerakan suku bunga The Fed di tahun depan. Jika ke depan arah pergerakan suku bunga The Fed masih cenderung naik, maka akan membawa sentimen negatif bagi pasar obligasi dalam negeri.

"Kenaikan suku bunga The Fed dan BI rate tidak serta merta menaikkan imbal hasil obligasi, selama obligasi ada pembelinya," kata Anil.

Namun, saat ini Anil melihat imbal hasil obligasi tenor pendek mulai bersaing dengan suku bunga deposito yang cenderung naik karena pengetatan likuiditas.

Anil mencatat pertumbuhan pinjaman perbankan di Juli 2018 sebesar 11,2%. Sedangkan pertumbuhan tabungan deposito hanya 6,3%. Maka, perbankan mengalami defisit sekitar 5%. "Defisit tersebut bermasalah karena saat ini kondisi loan to deposit perbankan tinggi, jadi mau tidak mau tingkat suku bunga deposito harus naik disaat likuiditas perbankan yang ketat," kata Anil, Jumat (21/9)

Kenaikan suku bunga deposito cenderung naik juga seiring dengan kenaikan suku bunga BI 7 day reverse repo rate (7DRR). Anil mengatakan jika suku bunga deposito naik cukup tinggi maka investor lokal jadi punya alasan untuk pindah dari obligasi jangka pendek ke deposito. "Suku bunga deposito naik investor lokal tidak mau tambah diinstrumen obligasi bahkan cenderung jual obligasi ketika harga rally," kata Anil.

Selain itu, pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS juga mempengaruhi pergerakan yield. Kembali lagi, ketika suku bunga The Fed dan BI naik yield belum tentu ikut naik selama obligasi tetap laku. 

Saat ini mayoritas pembeli obligasi Indonesia dalah investor asing. Salah satu hal yang membuat obligasi menarik bagi investor asing adalah ketika nilai tukar rupiah stabil. Namun, yield obligasi tetap berpotensi naik bila asing tidak masuk ke pasar obligasi karena rupiah yang kembali bergejolak karena keputusan FOMC pekan depan.

Anil mengatakan, jika pekan depan suku bunga The Fed naik dan suku bunga BI ikut naik, pergerakan yield akan tergantung dari duluan mana antara kenaikan suku bunga deposito dan masuknya investor asing.

"Suku bunga deposito naik duluan sebelum investor asing masuk maka, imbal hasil harus naik, tetapi kalau kondisi tersebut terjadi bersamaan, imbal hasil bisa stabil, lalu kalau investor asing masuk duluan dari pada kenaikan depositi justru imbal hasil obligasi bisa lebih rendah, kita liat nanti mana duluan yang terjadi," kata Anil.

Sementara, menurut Anil, kemungkinan suku bunga The Fed dan BI yang tidak berubah sangat kecil. Sehingga, ia memproyeksikan keputusan FOMC pekan depan The Fed akan menaikkan suku bunga acuannya dan BI juga harus ikut naik.

Namun, bila pekan depan yang terjadi adalah suku bunga The Fed naik tetapi BI tidak menaikkan suku bunganya maka Anil menilai hal ini akan berdampak buruk bargi pasar keuangan. Bank Indonesia harus siaga menjaga kestabilan ekonomi, karena bila BI tidak seiring dengan kenaikan suku bunga The Fed maka, di ke depannya BI akan menaikkan tingkat suku bunga dengan lebih tinggi lagi.

Sedangkan, bila pekan depan suku bunga The Fed tetap dan BI memutuskan untuk menaikkan suku bunga, maka Anil menilai ini baik untuk pasar Indonesia dalam jangka pendek. "Obligasi bisa rally, positif karena jika pekan depan suku bunga The Fed tetap investor bisa berasumsi The Fed stop kenaikan suku bunga atau tidak percaya akan ada kenaikan inflasi di AS, ini akan sangat baik," kata Anil.

Anil berharap yield Surat Utang Negara seri acuan tenor 10 tahun di akhir tahun bisa mencapai target di 7,8%. Sementara pergerakan yield SUN sepekan depan ia proyeksikan cenderung turun dan harga obligasi naik karena ketegangan perang dagang mulai mereda dan kenaikan suku bunga The Fed di tahun ini sudah priced in.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×