Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis points (bps) menjadi 3,75%. Keputusan ini diambil dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang berlangsung pada 22-23 Agustus 2022.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menilai, kenaikan BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) ini sesuai dengan ekspektasi pasar. Pasalnya, pelaku pasar melihat bahwa tingkat inflasi cenderung meningkat sehingga perlu direm dengan pengetatan kebijakan moneter.
Lebih lanjut, kenaikan suku bunga acuan memberi efek positif ke pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). "Mengingat, langkah BI tersebut sudah tepat untuk mengantisipasi tingkat inflasi dan pelemahan nilai tukar rupiah," kata Herditya kepada Kontan.co.id, Selasa (23/8).
Baca Juga: IHSG Menguat ke 7.163 Diikuti Net Buy Asing Rp 491 Miliar Pada Selasa (23/8)
Herditya memprediksi, resistance terdekat IHSG berada di level 7.200 dengan support di 7.060. Pada perdagangan hari ini, Selasa (23/8), IHSG ditutup menguat 0,78% ke posisi 7.163,26 dengan level tertinggi di 7.183,25 dan terendah di 7.107,06.
Secara teknikal, Analis Phillip Sekuritas Joshua Marcius melihat, IHSG saat ini telah menembus trendline atas dari pola pennant dan pergerakannya masih bertahan di atas trendline. Dengan begitu, ada potensi IHSG untuk lanjut menguat dalam jangka pendek.
"Ada kemungkinan IHSG untuk bergerak menguat ke sekitar area resistance 7.258 dengan mempertimbangkan area support pada level 7.020," ucap Joshua.
Baca Juga: Suku Bunga Acuan Naik 25 bps, Sinarmas Sekuritas: Outlook IHSG Masih Positif
Menurut Herditya, sektor bisnis yang akan diuntungkan dengan kenaikan suku bunga ini adalah sektor keuangan. Hal ini sejalan dengan adanya potensi kenaikan pendapatan dan margin keuntungan berkat suku bunga yang lebih tinggi.
Dua saham dari sektor finansial yang Herditya nilai menarik untuk dicermati adalah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) dan PT Bank Jago Tbk (ARTO). Target harga untuk BBRI berada di Rp 4.470 per saham dan ARTO Rp 11.000 per saham, dari harga per Selasa (23/8) yang masing-masing berada di Rp 4.300 dan Rp 9.000 per saham.
Sementara itu, sektor yang akan dirugikan oleh kenaikan suku bunga acuan adalah konstruksi dan menara telekomunikasi. Mengingat, sektor ini mempunyai tingkat utang yang tinggi sehingga kenaikan suku bunga akan menambah beban keuangan perusahaan.
Baca Juga: Kurs Rupiah Jisdor Melemah ke Rp 14.893 Per Dolar AS pada Selasa (23/8)
Analis Kanaka Hita Solvera Raditya Krisna Pradana menambahkan, keputusan BI untuk menaikkan suku bunga acuan memang sudah tepat. Alasannya, dalam dua bulan terakhir, suku bunga acuan tahunan sudah berada di batas atas yang ditetapkan BI tahun ini di level 4%.
Kenaikan suku bunga acuan juga diharapkan mampu meredam inflasi yang meningkat. "Tingkat inflasi Indonesia masih terkontrol dibanding negara lainnya secara global. Akan tetapi, apabila harga Pertalite jadi naik ke level Rp 10.000/liternya, maka inflasi tahunan Indonesia akan meningkat signifikan," tutur Raditya.
Di sisi lain, kenaikan suku bunga acuan akan membebani atmosfer bisnis perusahaan-perusahaan di Indonesia, khususnya dari segi biaya dana.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News