kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Suku Bunga Acuan Naik 25 bps, Sinarmas Sekuritas: Outlook IHSG Masih Positif


Selasa, 23 Agustus 2022 / 17:12 WIB
Suku Bunga Acuan Naik 25 bps, Sinarmas Sekuritas: Outlook IHSG Masih Positif
ILUSTRASI. Karyawan melihat pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (10/8/2022). Suku Bunga Acuan Naik 25 bps, Sinarmas Sekuritas nilai Outlook IHSG Masih Positif. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/foc.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan BI 7-Days Reverse Repo Rate (BI7DRR) 25 basis poin (bps) menjadi 3,75%. Pasar masih merespons positif, terlihat dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang melaju di zona hijau hingga penutupan perdagangan, Selasa (23/8).

IHSG pada Selasa (23/8) menguat 55,28 poin atau naik 0,78% ke level 7.163,26. Deputy Head of Research Sinarmas Sekuritas Ike Widiawati melihat kenaikan suku bunga 25 bps ini merupakan langkah antisipasi BI terkait rencana pemerintah untuk menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). 

Pasalnya, kenaikan harga BBM diperkirakan bisa membuat inflasi naik di atas 5%. Oleh sebab itu, Ike menilai kenaikan suku bunga ini merupakan langkah tepat. 

Jika BI tidak menaikkan suku bunga di tengah kenaikan harga BBM, hal ini akan menjadi tekanan bagi rupiah. Dengan kebijakan ini, Ike menaksir outlook IHSG pun masih akan positif.

Baca Juga: IHSG Naik 0,78% ke 7.163 Hingga Tutup Pasar Selasa (23/8)

"Maka persepsi investor sudah lebih tenang dan nilai tukar lebih terjaga dibandingkan jika BI menahan BI7DRR. Kenaikan 25 bps adalah langkah yang cukup bijak dan tidak terlalu agresif, sehingga investor masih nyaman," kata Ike kepada Kontan.co.id, Selasa (23/8).

Di sisi lain, prediksi posisi inflasi Indonesia di atas 5% sampai akhir tahun pun masih patut disyukuri. Menengok sejumlah negara yang inflasinya sudah melesat di level double digit.

"Ini merupakan hal yang harus diapresiasi bahkan nilai tukar masih mampu dijaga di bawah Rp 15.000-an," imbuh Ike.

Menimbang kondisi saat ini, saham emiten di sektor komoditas dan energi masih bisa dilirik. Apalagi, minyak mentah dunia masih dalam outlook yang positif di tengah sentimen ketegangan geopolitik yang masih berlanjut.

"MEDC, ELSA, PGAS masih cukup menarik," ujar Ike.

Baca Juga: Bank Indonesia Menaikkan Suku Bunga Acuan Sebesar 25 Bps Jadi 3,75%

Sementara itu, berakhirnya tren suku bunga rendah menjadi tantangan bagi emiten sektor properti. Untungnya, BI masih tidak menaikkan suku bunga secara agresif, sehingga dampaknya akan bertahap. Perusahaan pun masih punya ruang untuk mengantipasi.

Ketika tren bunga rendah berakhir, Ike mengingatkan bahwa instrumen hijau bisa dimanfaatkan untuk mendapatkan cost of fund yang lebih murah.

"Para pengusaha masih bisa menurunkan cost melalui penerapan ekonomi hijau," pungkas Ike.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×