kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Suku Bunga Naik, Diperkirakan Ada Potensi Pengurangan Portofolio Saham


Rabu, 24 Agustus 2022 / 19:46 WIB
Suku Bunga Naik, Diperkirakan Ada Potensi Pengurangan Portofolio Saham
ILUSTRASI. Kebijakan moneter BI yang ditempuh menjadi katalis positif terhadap bursa saham.


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mengerek suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps). Saat ini, BI 7-Day Reverse Repo Rate berada di 3,75%.

Equity Analyst Pilarmas Investindo Desy Israhyanti mengatakan bahwa untuk jangka pendek, kebijakan moneter BI yang ditempuh menjadi katalis positif terhadap bursa saham. Sebab, ada potensi masuknya dana asing.

Die menyebut, dengan kenaikan suku bunga tersebut spread BI7DRR dengan FFR melebar meskipun masih ada disparitas. "Namun setidaknya BI sudah take action mengantisipasi ekspektasi kenaikan inflasi dengan sinyal kenaikan BBM," ujar Desy kepada Kontan.co.id, Rabu (24/8).

Baca Juga: Deposito Modal Minim dengan Bunga hingga 4,75% p.a, Cocok untuk Investor Pemula

Hanya saja, dalam jangka panjang pendapatan emiten akan turun dengan kenaikan biaya modal yang tinggi. Sehingga berpotensi menekan kinerja keuangan emiten.

"Oleh sebab itu, kami berharap ada stabilitas pemulihan ekonomi yang menjadi prioritas Bank Indonesia untuk menghadapi ketidakpastian di masa yang akan datang," sambungnya.

Menilik sektornya, Desy berpandangan dengan kenaikan suku bunga maka perbankan bisa dilirik. Selain itu, sektor konsumen primer seperti perunggasan, jalan tol, dan komoditas energi juga prospektif.

Untuk perbankan, Desy melihat ada ekspektasi shifting dari aset berisiko ke aset yang lebih aman seperti deposito dan reksadana pasar uang. Sehingga, likuiditas perbankan akan meningkat, meskipun suku bunganya naik.

Baca Juga: Suku Bunga Acuan Naik, Instrumen Pasar Uang Dinilai Makin Menarik

Selain itu, banyak ekspansi yang dilakukan oleh korporasi seiring dengan kondisi pemulihan ekonomi saat ini. Sehingga kebutuhan kredit akan berjalan beriringan. 

Kemudian, untuk konsumen primer dampaknya dilihat juga masih akan baik. Desy mencontohkan ICBP dan emiten perunggasan yang memang tahan banting dalam kondisi apapun lantaran sifatnya yang dibutuhkan. Konsumsi sendiri akan lebih dititikberatkan pada konsumsi primer dibandingkan non-primer.

Sedangkan untuk sektor yang terdampak negatif datang dari properti, konsumen non primer seperti otomotif, dan multifinance. Desy menerangkan, sektor multifinance terdampak negatif beriringan dengan lesunya permintaan otomotif dan dunia usaha terkait leasing atau multiguna akibat kenaikan suku bunga. 

Baca Juga: BI Naikkan Suku Bunga Acuan 25 bps Menjadi 3,75%, Berikut Sejumlah Alasannya

"Hal tersebut turut akan berpengaruh terhadap kinerja, sebab di sini prioritas akan berperan penting," kata dia.

Desy pun tak menampik akan ada potensi peralihan portofolio investor dari aset berisiko ke aset yang lebih aman. Namun, dia menambahkan bahwa perbankan masuk dalam klasifikasi sektor yang defensif, sehingga akan dipertimbangkan pada kondisi seperti ini.

Yang penting menurutnya, untuk alokasi aset disarankan untuk memperhatikan return, risk appetite, dan investment horizon.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×