Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten konstruksi swasta diperkirakan masih akan berat di tengah era suku bunga tinggi. PT Total Bangun Persada Tbk (TOTL) mengakui, era suku bunga tinggi berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
Sekretaris Perusahaan Total Bangun Persada Anggie S. Sidharta menuturkan, sejumlah inisiatif strategis telah dijalankan oleh perusahaan guna mempertahankan kinerja.
“Di antaranya adalah menjaga kas tetap positif, melakukan efisiensi dan optimalisasi pada kinerja, serta menjaga biaya operasional agar dapat tetap bertahan,” kata Anggie kepada Kontan.co.id, Kamis (11/7).
TOTL mencatatkan nilai kontrak Rp 3,3 triliun hingga akhir semester I 2024. Nilai kontrak TOTL naik 44% dibanding akhir semester I periode tahun sebelumnya.
Nilai proyek TOTL yang sedang dalam tahap tender per Juni 2024 adalah sekitar Rp 10,41 triliun. Ini terdiri dari pembangunan proyek perkantoran, apartemen, bangunan multifungsi, industrial, hotel, dan lain-lain.
Baca Juga: Total Bangun Persada (TOTL) Kantongi Kontrak Rp 3,3 Triliun di Semester I 2024
Sementara, PT Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA), anak perusahaan PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) raih kontrak baru sebesar Rp 1,52 triliun per bulan April 2024. Raihan itu meningkat 36,29% dibandingkan dengan kontrak baru pada kuartal I 2023 yang sebesar Rp 1,12 triliun.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Muhammad Nafan Aji Gusta Utama melihat, kinerja perolehan kontak dari beberapa emiten konstruksi swasta tercatat masih mengalami peningkatan.
“Peningkatan nilai kontrak baru ini bisa mempengaruhi peningkatan kinerja pendapatan emiten. Sehingga, ada kemungkinan pada kuartal II 2024 ini pendapatan mereka bisa meningkat,” kata Nafan kepada Kontan.co.id, Kamis (11/7).
Sayangnya, perolehan laba para emiten konstruksi masih bervariasi. TOTL mencatatkan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias laba bersih Rp 52,71 miliar di kuartal I 2024. Ini melonjak 77,60% menjadi dari sebelumnya Rp 29,68 miliar di kuartal I 2023.
Laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 28,75 miliar di kuartal I 2024. Keuntungan NRCA turun 0,28% dari Rp 28,83 miliar di kuartal I 2023.
Baca Juga: Ini Kabar Terbaru Soal Pembentukan Holding BUMN Karya
Di semester II 2024, kinerja emiten konstruksi diperkirakan masih akan mendapat sentimen negatif dari suku bunga bank sentral yang masih tinggi. Suku bunga Bank Indonesia (BI) saat ini ada di level 6,25%.
“Fluktuasi kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) juga mempengaruhi kinerja mereka, karena pasti tetap mengandalkan impor untuk perlengkapan bahan baku konstruksi,” papar Nafan.
Namun, Nafan melihat, ada potensi penurunan suku bunga bank sentral di akhir tahun 2024. Hal ini bisa menjadi angin segar bagi para emiten. Apalagi, jika ditambah dengan kemampuan emiten dalam mengumpulkan kontrak baru.
Secara year to date (YtD), IDX Sector Infastructure hanya tumbuh 1,59%. Kata Nafan, kinerja indeks juga akan kembali naik dengan sentimen tersebut.
Baca Juga: Intip Rekomendasi Saham Emiten Jasa Tambang yang Rajin Ekspansi
“Potensi penurunan suku bunga acuan bisa meningkatkan likuiditas para emiten konstruksi ke depannya. Harapannya kinerja sektor infrastruktur juga akan membaik,” tutur dia.
Nafan merekomendasikan hold untuk TOTL dan NRCA dengan target harga masing-masing Rp 570 per saham dan Rp 352 per saham.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana melihat, pergerakan saham TOTL berada di level support Rp 530 per saham dan resistance Rp 560 per saham. Herditya merekomendasikan speculative buy untuk TOTL dengan target harga Rp 585 per saham–Rp 600 per saham.
Pergerakan harga saham NRCA berada di level support Rp 338 per saham dan resistance Rp 344 per saham. Herditya merekomendasikan buy if break untuk NRCA dengan target harga Rp 350 per saham-Rp 356 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News