kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Suku Bunga BI Naik Jadi 6,25%, Kinerja Emiten Properti Masih Berat


Kamis, 25 April 2024 / 20:27 WIB
Suku Bunga BI Naik Jadi 6,25%, Kinerja Emiten Properti Masih Berat
ILUSTRASI. rekomendasi saham emiten properti


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten properti di tahun 2024 diprediksi masih berat setelah Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga. Asal tahu saja, suku bunga BI dinaikkan 25 basis poin (bps) menjadi 6,25%.

Direktur Ciputra Development Harun Hajadi mengatakan, kenaikan suku bunga BI akan berdampak pada penjualan CTRA, khususnya untuk aset hunian yang sebagian besar dibayarkan via kredit pemilikan rumah (KPR).

Di sisi lain, Corporate Secretary Summarecon Agung Jemmy Kusnadi mengatakan, kenaikan suku bunga BI tidak akan berdampak signifikan terhadap penjualan Perseroan.

Sebagai catatan, sebesar 55% marketing sales SMRA di kuartal I 2024 dibayarkan dari kredit pemilikan rumah (KPR). Lalu, pembayaran menggunakan cash sebesar 25% dan development installment sebesar 20%.

“Begitu juga terhadap penjualan dengan menggunakan insentif PPN DTP (tidak akan terdampak dari kenaikan suku bunga BI),” ujarnya kepada Kontan, Kamis (25/4).

Baca Juga: BI Kerek Suku Bunga, Begini Dampaknya ke Emiten Properti

Melansir laman Bursa Efek Indonesia (BEI), kinerja IDX Sector Properties & Real Estate sudah turun sebesar 13,25% sejak awal tahun alias year to date (ytd).

Investment Consultant Reliance Sekuritas Indonesia, Reza Priyambada melihat, emiten properti termasuk sektor yang sensitif terhadap pergerakan tingkat suku bunga dan daya beli masyarakat. Sehingga, ketika ada sentimen dari kenaikan tingkat suku bunga, maka akan direspon negatif. 

Hal ini karena pelaku pasar berasumsi jika tingkat suku bunga naik, maka tingkat suku bunga KPR akan lebih mahal. Sehingga, permintaan akan kredit rumah akan berkurang. 

“Sebagian besar penjualan properti juga mayoritas menggunakan pembayaran via KPR. Jadi, muncul asumsi tersebut. Padahal, belum tentu kenyataannya akan begitu,” ujarnya kepada Kontan, Kamis (25/4).

Untuk melihat kenyataannya, pasar dapat melihat langsung ke kinerja masing-masing emiten properti. 

“Misalnya, sebanyak apa orang yang beli aset emiten tersebut atau seberapa besar land bank para emiten,” tuturnya.

 

Reza melihat, dengan adanya kenaikan tingkat suku bunga BI yang hanya naik 25 bps, kemungkinan tidak akan sampai berubah tingkat suku bunga KPR. 

“Sehingga, penjualan emiten properti seharusnya masih terjaga. Apalagi ada insentif kebijakan PPN DTP, ini bisa memberikan angin segar,” paparnya.

Reza pun merekomendasikan beli untuk CTRA, BSDE, SMRA, PWON, dan PANI dengan target harga masing-masing Rp 1.330 per saham, Rp 1.040 per saham, Rp 585 per saham, Rp 395 per saham, dan Rp 5.700 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×