kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Sudah rilis laporan keuangan 2019, ini prospek saham bank BUMN selanjutnya


Senin, 17 Februari 2020 / 22:33 WIB
Sudah rilis laporan keuangan 2019, ini prospek saham bank BUMN selanjutnya
ILUSTRASI. Warga melakukan transaksi keuangan melalui mesin anjungan tunai mandiri (ATM) di Jakarta, Minggu (22/02).


Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah bank pelat merah telah merilis laporan keuangan tahun 2019. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) berhasil meraih laba bersih Rp 34,41 triliun dengan pertumbuhan 6,15% (yoy). Sepanjang 2019, BBRI menyalurkan kredit mikro Rp 307,72 triliun atau tumbuh 12,19% yoy.

Sementara total penyaluran kredit BBRI pada 2019 mencapai Rp 908,88 triliun dengan pertumbuhan 8,44% yoy. Pertumbuhan kredit BRI juga ditopang oleh pertumbuhan kredit ritel dan menengah yang tumbuh 12,08% yoy menjadi Rp 269,64 triliun di akhir tahun 2019. Dari kinerja intermediasinya, bank terbesar di tanah air ini berhasil memperoleh pendapatan bunga bersih Rp 81,70 triliun atau tumbuh 5,2% yoy.

Kemudian, laba bersih PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) juga tumbuh sebesar 9,88% menjadi Rp 27,48 triliun sepanjang tahun 2019, ketimbang perolehan tahun 2018 sebesar Rp 25,02 triliun.

Baca Juga: BTN yakin laba tahun ini tembus Rp 3 triliun

PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) juga masih dapat mencatat laba bersih sepanjang 2019. BBNI mengantongi laba bersih sebesar Rp 15,38 triliun pada 2019 lalu. Pencapaian laba tersebut hanya tumbuh sebesar 2,5% dari periode tahun 2018 yang sebesar Rp 15,01 triliun.

BBNI pun masih bisa memperoleh pendapatan bunga bersih atau net interest income (NII) sebesar Rp 36,6 triliun pada akhir 2019 walau hanya tumbuh 3,3% yoy.

Sementara itu, emite perbankan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) mencatat penurunan laba bersih. Sepanjang tahun lalu, BBTN mencatat laba bersih senilai Rp 209,26 miliar. Nilai ini anjlok dari perolehan tahun 2018 yang mencapai Rp 2,81 triliun.

Baca Juga: Bursa Calon Komisaris Utama Bank BUMN Didominasi Mantan Direktur Utama Bank Mandiri

Sejatinya, BBTN membukukan pendapatan bunga Rp 25,71 triliun, naik 12,51% dari sebelumnya Rp 22,85 triliun. Akan tetapi, beban bunga meningkat menjadi Rp 16,75 triliun dari 2018 sebesar Rp 12,76 triliun.

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menilai, capaian kinerja keuangan dari beberapa perusahaan perbankan pelat merah ini sesuai dengan proyeksi sebelumnya di tengah perlambatan ekonomi global.

Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus melihat, saham perbankan memiliki prospek yang menarik pada tahun ini. Terlebih, dari tahun ke tahun saham sektor perbankan selalu menjadi primadona bagi semua kalangan investor.

Menurut Nico, kondisi margin bunga bersih alias net interest margin (NIM) yang tinggi serta kapitalisasi pasar yang besar menjadikan sektor ini selalu digemari investor.

Baca Juga: Tiga bank BUMN gelar RUPS minggu ini, siapa saja yang dirombak?

Dia menambahkan, upaya perbankan yang berlomba-lomba dalam memulai digital banking menjadi hal yang positif untuk kinerja keuangan mereka. Pasalnya, dengan memulai digital banking dapat menekan biaya para perbankan. “Tentu hal ini merupakan salah satu langkah yang baik bagi bidang perbankan, khususnya dalam memberikan kemudahan namun mengurangi beban,” kata Nico kepada Kontan.co.id, Senin (17/2).

Saat ini, Nico bilang, investor yang ingin mengoleksi saham-saham perbankan pelat merah ini sudah dapat mulai masuk secara bertahap karena harganya terbilang lebih murah ketimbang sebelumnya.

Hanya saja, di tengah situasi dan kondisi saat ini, ia menyarankan investor untuk berinvestasi dalam jangka panjang karena transaksi jangka pendek memiliki tingkat volatilitas yang lebih tinggi.

Baca Juga: Utang luar negeri Indonesia sampai akhir kuartal IV-2019 mencapai US$ 404,3 miliar

Nico merekomendasikan investor untuk beli saham seperti BBRI, BMRI, dan BBNI. Sementara Wawan menyarankan investor buy saham BBRI dengan target harga Rp 5.000 hingga tahun depan, kemudian BMRI dengan target harga Rp 8.400 untuk jangka panjang, dan BBNI dengan target harga Rp 8.000.

Bagi investor yang ingin membeli saham BBTN, Wawan merekomendasikan untuk buy dengan target harga jangka pendek Rp 2.000 per saham. “Tapi bukan untuk investasi utama, lebih ke diversifikasi saja,” katanya.

Pada penutupan perdagangan Jumat (17/2), harga saham BBTN ditutup menguat 1,70% ke level Rp 1.759 per saham. Harga saham BBNI juga meningkat 1,33% ke level Rp 7.625 per saham, dan harga saham BMRI menguat 0,32% ke level Rp 7.850. Sedangkan, saham BBRI terkoreksi 1,76% ke level Rp 4.470 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×