Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren keluarnya aliran dana asing dari pasar SBN rupanya kembali berlanjut. Padahal, pada awal bulan ini, sempat terjadi inflow seiring dalam seminggu pertama di bulan April investor asing melakukan pembelian SBN sehingga membuat total kepemilikan investor asing di SBN mencapai Rp 857,23 triliun.
Namun, selepas itu, investor asing kembali melepas kepemilikannya. Merujuk data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR), per 27 April, jumlah kepemilikan asing di SBN sebesar Rp 831,87 triliun. Artinya, sejak tanggal 7 April, tercatat outflow sebesar Rp 25,36 triliun.
Bahkan, jika dihitung sejak akhir tahun 2021, aliran dana investor asing yang keluar dari pasar SBN sudah mencapai Rp 59,47 triliun. Porsi kepemilikan investor asing di SBN pun menyusut dari 19,05% pada akhir 2021, menjadi hanya 17,11% per 27 April 2022.
Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto mengungkapkan, inflow yang terjadi di awal bulan April lebih disebabkan kondisi global saat itu sempat membaik.
Baca Juga: Menakar Peluang Fenomena Sell In May and Go Away Pada Tahun Ini
Alhasil, investor asing mulai ambil posisi lagi di pasar SBN. Sayangnya, belakangan pasar global kembali tidak stabil seiring dengan ekspektasi The Fed yang lebih agresif.
“Alhasil kembali terjadi outflow, karena investor asing lebih memilih beralih ke US Treasury yang yield-nya terus naik dalam beberapa waktu terakhir,” ujar Ramdhan belum lama ini.
Menurutnya, saat ini mayoritas investor asing yang beralih ke pasar saham cenderung sedikit. Pasalnya, secara karakteristik, investor obligasi lebih memilih beralih ke US Treasury ketika terjadi ketidakpastian di pasar global.
Sementara investor asing yang masuk ke pasar saham, mayoritas secara karakteristik memang investor yang lebih agresif.
Portfolio Manager Sucorinvest Asset Management Gama Yuki meyakini, penurunan porsi asing ini justru membantu pasar obligasi di indonesia terutama dalam jangka panjang.
Dengan porsi kepemilikan asing yang cukup kecil, pada akhirnya akan membuat pasar obligasi lebih terjaga serta yield menjadi lebih stabil ke depannya.
Ke depan, Gama menilai seharusnya tren outflow akan lebih terbatas, mengingat harga saat ini cenderung sudah memperhitungkan kenaikan inflasi dan suku bunga.
Selain itu, porsi investor asing yang bertipe trader di obligasi juga semakin kecil, lebih banyak investor asing yang bertipe jangka panjang.
Ia menambahkan, saat ini yield obligasi juga sudah cukup tinggi dan secara real yield Indonesia juga masih sangat menarik jika dibandingkan dengan negara lain yang memiliki kredit rating yang sama.
Kondisi seperti saat ini justru merupakan kondisi yang cukup baik untuk masuk ke pasar obligasi.
Baca Juga: Investor Asing Diproyeksi Terus Masuk ke Pasar Saham Indonesia, Ini Penyebabnya
Oleh karena itu, ia meyakini ke depannya SBN masih akan menjadi salah satu instrumen investasi yang cukup menarik bagi investor asing.
Dengan koreksi yield yang terjadi sudah cukup dalam, sedangkan secara fundamental indonesia masih cukup bagus serta likuiditas masih cukup melimpah, sehingga ada potensi untuk pasar obligasi ke depannya untuk lebih perform.
“Yield SBN masih lebih menarik jika dibandingkan dengan instrumen investasi lain seperti deposito. Secara real yield, indonesia juga masih lebih menarik jika dibandingkan dengan real yield negara lain yg memiliki rating sama dengan indonesia,” jelas Gama.
Ramadhan menambahkan, kondisi pasar global saat ini tengah berusaha mencari titik ekuilibrium yang baru. Titik tersebut baru bisa akan terlihat ketika The Fed sudah memberi kepastian soal berapa kali menaikkan suku bunga acuan yang kemudian akan disusul dengan penyesuaian pelaku pasar.
“Ketika semuanya sudah stabil, SBN kita masih punya real yield yang menarik, ditambah lagi dengan yield kita yang saat ini berada di kisaran 6,8-6,9% akan membuat SBN punya prospek yang menarik sebagai pilihan investor asing,” tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News