Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Noverius Laoli
Ia memilih TLKM lantaran perusahaan ini bisa menjadi operator yang paling diuntungkan oleh adanya subsidi kuota gratis dari Pemerintah. Selanjutnya, Michael melihat akan ada perbaikan dari segmen enterprise dan SMS, Fixed dan cellular voice di semester kedua setelah menurun di kuartal kedua tahun ini akibat PSBB dan berganti ke digital.
Sebagai informasi TLKM catatkan pendapatan konsolidasi sebesar Rp 66,9 triliun dengan laba bersih Rp 10,99 triliun pada semester I-2020. Turun tipis, jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang memperoleh pendapatan Rp 69,34 triliun dengan laba bersih 11,07 triliun.
Baca Juga: Laba EXCL naik 518,4%, ini prospek sahamnya
Kedua, ada ISAT yang layak dikoleksi lantaran menjadi salah satu yang mencatat peningkatan pertumbuhan pendapatan terbesar di sektornya. Dalam periode enam bulan yang berakhir per 29 Juni 2020, ISAT mencatat kenaikan pendapatan 9,4% secara year on year (yoy) dari Rp 12,29 triliun menjadi Rp 13,45 triliun.
Dari sisi operasional, jumlah pelanggan seluler ISAT juga meningkat 0,9% yoy mencapai 57,2 juta pada akhir Juni 2020. Pendapatan pata-rata per Pengguna (ARPU) meningkat menjadi Rp31,4 ribu, dari sebelumnya Rp27,9 ribu pada 1H 2019.
Selain kedua saham tersebut, Michael juga menyarankan pelaku pasar untuk dapat mengakumulasi saham EXCL. Adapun ia memasang target harga untuk saham TLKM sebesar Rp 4.000 untuk jangka 12 bulan ke depan, ISAT dengan TP Rp 4.000, dan EXCL dengan target harga Rp 3.850 per saham.
Baca Juga: Pelanggan XL Axiata Stagnan Saat Trafik Naik, Begini Rekomendasi untuk Saham EXCL
Etta juga merekomendasikan pelaku pasar untuk dapat mencermati saham TLKM dengan nilai wajar di Rp 4.470 dan EXCL di Rp 4.320. Per penutupan perdagangan Jumat (28/8), saham TLKM turun 1% ke harga Rp 2.960 per saham, saham ISAT terkoreksi 2,06% ke harga Rp 2.380 per saham, dan EXCL naik 0,39% ke harga Rp 2.550 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News