Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) menggelar sejumlah strategi untuk menstabilkan kinerja dan menyehatkan kondisi finansial. Di antaranya dengan mengajukan penundanaan pembayaran utang kepada bank.
Sekretaris Perusahaan WIKA Mahendra Vijaya mengungkapkan, penundaan pembayaran pokok dan bunga kepada bank diajukan untuk memperbaiki struktur keuangan. Dengan begitu, beban atas pendanaan yang sebelumnya memangkas laba bersih akan bisa berkurang.
"Tujuannya untuk memperbaiki struktur keuangan jangka panjang akibat adanya pinjaman untuk pendanaan investasi yang belum memberikan imbal hasil," kata Mehandra saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (18/5).
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Emiten Konstruksi yang Masih Dibayangi Beban Tinggi
Mengutip Bloomberg, pinjaman oleh bank dan perusahaan pembiyaan milik negara kepada WIKA per Maret 2023 mencapai Rp 12,6 triliun. Bank Mandiri menjadi pemberi pinjaman terbesar, dengan nominal mencapai Rp 3,9 triliun.
Kinerja WIKA sepanjang kuartal pertama 2023 memang tidak menggembirakan. Meski pendapatan bersih mampu tumbuh 37,34% secara tahunan menjadi Rp 4,34 triliun, tapi bottom line WIKA berbalik menanggung kerugian.
Posisi bottom line WIKA berbalik dari membukukan laba bersih Rp 1,32 miliar menjadi rugi Rp 521,25 miliar per 31 Maret 2023. Rekor kerugian kuartalan terbesar yang ditanggung perusahaan kontruksi plat merah tersebut.
Masih dari laporan keuangan kuartal pertama 2023, kas bersih diperoleh dari/digunakan untuk aktivitas operasi WIKA tercatat minus Rp 2,22 triliun. Begitu pula kas bersih dari aktivitas investasi yang tercatat negatif Rp 283,31 miliar.
Sedangkan saldo kas dan setara kas pada akhir periode masih tercatat positif Rp 2,22 triliun. Meski mengajukan penundaan pembayaran utang bank, tapi WIKA tidak memiliki rencana untuk meminta penundanaan pembayaran dari pemegang obligasi.
Di sisi lain, Mahendra membeberkan saat ini WIKA juga sedang berupaya memperbaiki posisi arus kas. Caranya dengan melakukan refocusing terhadap bisnis WIKA.
WIKA memperbanyak proyek-proyek infrastruktur dan gedung yang mayoritas pemiliknya adalah pemerintah. Tercatat lebih dari 77% dari portofolio proyek pada kontrak yang ditangani (order book) WIKA berasal dari infrastruktur dan gedung.
Sedangkan sisanya merupakan proyek-proyek Engineering, Procurement, Construction & Commissioning (EPCC) yang dimiliki BUMN. "Proyek-proyek ini adalah proyek dengan pola pembayaran monthly progres payment dengan uang muka," jelas Mahendra.
Dengan model pembayaran seperti ini, imbuh Mahendra, WIKA mengupayakan pengelolaan arus kas secara mandiri bagi proyek-proyek tersebut. Langkah ini ditempuh sebagai upaya menghindari adanya defisit pada arus kas.
Adapun sampai dengan periode kuartal pertama 2023, total order book WIKA tercatat sebesar Rp 51,3 triliun. Hingga periode Maret 2023, WIKA mengantongi kontrak baru sebesar Rp 6,1 triliun.
WIKA mengincar kontrak baru antara Rp 34 triliun - Rp 36 triliun sepanjang 2023. Artinya, nilai kontrak baru WIKA pada kuartal pertama baru mencapai 17,94% dari target kontrak baru yang diincar tahun ini.
Wait and See untuk BUMN Karya
Analis Ekuator Swarna Sekuritas David Sutyanto melihat pada umumnya capaian kinerja kuartal pertama BUMN Karya seperti WIKA cenderung under perform. Kinerja BUMN Karya biasanya akan menanjak pada kuartal ketiga dan keempat seiring dengan perolehan kontrak.
Hanya saja, David menyoroti kondisi arus kas BUMN Karya yang cenderung mencatatkan rapor merah, membukukan minus dengan nilai yang terbilang jumbo. "Jika melihat dari beberapa BUMN karya yang melakukan aksi korporasi dalam penundaan pembayaran utang, tentu ini bukanlah sinyal yang baik," ujar David.
Seperti WIKA yang mengajukan penundanaan pembayaran utang bank, David menyebut restrukturisasi ini sebagai upaya yang memang perlu dilakukan. Tapi David mengingatkan, langkah ini hanyalah solusi sementara.
Dengan besarnya porsi kontrak dari pemerintah, David menilai pada akhirnya realisasi anggaran infrastruktur menjadi faktor krusial. "Jadi sebenarnya cukup sederhana. Sebagian besar mengerjakan proyek pemerintah, yang apabila dilakukan pembayaran, maka arus kas mereka akan membaik," imbuh David.
David bilang, investor perlu mencermati langkah yang dilakukan emiten serta komitmen pemerintah dalam penyehatan keuangan BUMN Karya. Sembari menunggu perkembangan itu, David menyarankan wait and see terlebih dulu terhadap semua saham BUMN Karya.
Baca Juga: Likuiditas Ketat, Begini Strategi PTPP Kejar Pertumbuhan Kontrak Baru
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News