kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Strategi Indocement mengakali kenaikan beban bahan bakar


Jumat, 02 Februari 2018 / 20:11 WIB
Strategi Indocement mengakali kenaikan beban bahan bakar
ILUSTRASI. Semen Indocement Tunggal Prakarsa INTP


Reporter: Riska Rahman | Editor: Rizki Caturini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan harga komodita mendatangkan berkah bagi banyak pihak. Namun hal ini tidak berlaku bagi emiten semen. Kenaikan harga batubara terpaksa membuat emiten semen menanggung beban yang lebih besar.

Meski ada banyak alternatif bahan bakar lain yang bisa digunakan untuk pabrik semen, kebanyakan emiten semen memilih menggunakan batubara sebagai bahan bakar. Hal ini lantaran batubara dinilai lebih ekonomis dibanding bahan bakar lainnya.

Perusahaan semen swasta, PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk (INTP) jadi salah satu emiten yang harus menanggung beban bahan bakar yang besar berkat kenaikan harga batubara yang beberapa kali menyentuh level US$ 100 per metrik ton. 

Bagaimana tidak, batubara memiliki porsi yang cukup besar dalam komponen beban INTP. "Biaya bahan bakar, terutama batubara, mewakili sekitar 40%-42% dari total biaya pabrikasi kami," ujar Corporate Secretary INTP Antonius Marcos kepada Kontan.co.id, Selasa (30/1) lalu.

Untuk mengakali hal ini, INTP pun menyiapkan beberapa strategi. Beberapa di antaranya ialah dengan menjalankan pabrik secara efisien dan juga mencampur batubara berkualitas menengah dan rendah untuk mendapat campuran ideal dengan biaya yang ekonomis.

INTP juga menggunakan bahan bakar alternatif untuk diubah menjadi energi untuk pabrik mereka. Ban bekas, oli bekas, dan sekam padi pun digunakan sebagai pengganti batubara untuk operasional pabrik mereka.

Namun, Antonius mengaku INTP belum banyak menggunakan bahan bakar alternatif ini. "Bahan bakar alternatif ini baru mewakili 3% sampai 4% dari total bahan bakar yang kami gunakan," tuturnya.

Sayang, ia enggan menyebutkan berapa besar penghematan yang berhasil dicapai lewat penggunaan bahan bakar alternatif ini. Yang jelas, tambah Antonius, penggunaan bahan bakar alternatif ini jauh lebih efisien dibanding penggunaan batubara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×