kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Strategi Fedaus, Direktur Gunung Raja Paksi meminimalkan risiko saat berinvestasi


Sabtu, 04 Desember 2021 / 07:30 WIB
Strategi Fedaus, Direktur Gunung Raja Paksi meminimalkan risiko saat berinvestasi


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memang benar jika buku adalah jendela dunia. Fedaus, Direktur Corporate Affairs PT Gunung Raja Paksi Tbk (GGRP) mengenal dunia investasi lewat buku. Saat duduk di bangku kuliah, Fedaus baru melirik investasi dengan membaca beberapa buku mengenai cara sukses berinvestasi.

Salah satu buku yang dia baca kala itu adalah buku mengenai investasi properti yang ditulis Donald Trump. Hal ini membuat Fedaus menjatuhkan pilihan ke properti sebagai instrumen  investasi yang pertama dimiliki. Saat sudah bekerja, Fedaus membeli sebuah kavling tanah dengan sistem menyicil dari gaji yang didapatkan.

Ketertarikan Fedaus terhadap properti pun tidak memudar. Buktinya, saat ini sebanyak 50% instrumen investasi Fedaus berbentuk properti. Adanya passive income dari hasil menyewakan aset properti membuat sektor ini menjadi lebih seksi. Selain itu, sektor properti juga menjanjikan adanya keuntungan (capital gain) saat menjual di harga yang tinggi dari hasil membeli di harga yang rendah.

“Saya melihat pasar properti tetap akan menarik, potensi dari nilai pasarnya dan profit dari passive income (sewa) sangat menarik,” terang pria kelahiran 1969 ini.

Baca Juga: Strategi Manajer Investasi Agar Imbal Hasil Reksadana Saham Bisa Positif

Namun, tidak semua properti memiliki nilai investasi yang bagus. Fedaus menuturkan, setidaknya ada tiga kriteria properti yang layak dijadikan investasi. Pertama, investor mesti melihat faktor latar belakang pengembang (developer), baik dari sisi pengalaman, rekam jejak (track record), hingga keberlangsungan usaha developer.

Kedua adalah aspek lokasi, apakah lokasinya dekat dengan keramaian dan pusat pusat kota. Faktor aksesibilitas dengan fasilitas umum juga harus menjadi pertimbangan. Ketiga, belilah aset properti yang memiliki konsep dan keunikan tersendiri, sehingga bisa menambah nilai jual.

Meski sekilas menggiurkan, investasi di sektor properti juga tidak terlepas dari risiko. Aspek waktu (timing) merupakan salah satu yang terpenting dalam menjual properti. Fedaus mengaku, harga properti cukup mengalami tekanan ketika saat pandemi.

“Waktu membeli di harga murah dan kita berharap harganya naik, tetapi tiba-tiba ada Covid-19. Harga menjadi turun,” sambung Fedaus. Dalam hal ini, kesabaran dan fokus dibutuhkan untuk meraup profit dari properti. Ketika memang sedang tidak membutuhkan dana, ada baiknya menahan aset properti sampai harganya membaik.

Baca Juga: Desember bulannya window dressing, berikut pilihan saham yang bisa diincar

Toh, daya beli sebagian masyarakat juga masih tinggi. Berkaca dari sold out-nya proyek properti milik sebuah emiten di kawasan Bogor.  Namun, laku atau tidaknya sebuah properti juga tergantung dari taktik perusahaan dalam mengiklankan  dan mengemas skema pembayaran dalam penjualan.  Inilah pentingnya melihat aspek latar belakang developer sebelum membeli properti

Fedaus juga melihat, pasar rumah tapak (landed house) masih bagus. Permintaan rumah disokong oleh proyeksi pertumbuhan dan pemulihan ekonomi . “Suku bunga juga masih rendah. Ini menguntungkan konsumen yang membayar dalam jangka panjang, sehingga  bunga cicilan juga lebih rendah,” terang pria kelahiran Sumatra Utara ini.

Investasi properti di pasar sekunder juga cukup menarik saat ini karena harga yang sedang turun. Dia menyarankan agar mencari lokasi yang strategis dekat dengan transportasi publik seperti KRL atau MRT. Ini akan menghasilkan nilai tambah dari aset properti tersebut.

Selain properti, Fedaus juga meletakkan emas dalam keranjang investasinya. Sebanyak  35% dari total investasinya berbentuk  emas. Salah satu kelebihan emas yakni bersifat likuid dan bisa dijual langsung ketika dibutuhkan.

Baca Juga: Manajer investasi akan window dressing, ini rekomendasi saham yang perlu dicermati

Minimalkan risiko

Terakhir, sebanyak 15% investasi Fedaus berbentuk saham. Fedaus memilih saham sektor consumer goods (makanan dan minuman). Sebab, dia melihat potensi pasar sektor makanan dan minuman sangat luas. “Orang-orang butuh makan dan minum. Walaupun sedang pandemi, permintaan terhadap makanan dan minuman relatif stabil,” sambung pria lulusan Manajemen Universitas Tarumanagara ini.

Saat ini Fedaus mengaku belum tertarik untuk mendiversifikasikan asetnya ke instrumen lain, misal ke instrumen uang kripto. Sebab, instrumen ini dinilai Fedaus memiliki baseline yang kurang solid dan tidak punya fundamental yang jelas. Mata uang kripto juga terlalu spekulatif dan hanya bersifat jangka pendek.

Dia mengaku, aset properti, emas, dan saham adalah passion-nya dalam berinvestasi dan sudah terbukti menghasilkan. Sebenarnya, Fedaus sempat menjajal instrumen reksadana. Namun menurutnya, dalam jangka panjang, berinvestasi di  sektor properti lebih menghasilkan cuan dibandingkan reksadana.

Fedaus menekankan agar berinvestasi sesuai dengan kepribadian. Sesuaikan investasi  dengan kemampuan dana serta melihat prospek dan risiko yang akan terjadi. Sebab, ada tipe investor yang memang terbiasa main aman (play safe), tetapi ada juga yang bersifat agresif. ”Jangan sekadar ikut-ikutan saja, lakukan riset yang detail sampai kita meyakini akan investasi tersebut,” tutur dia.

Fedaus juga sudah menanamkan mindset investasi kepada dua buah hatinya yang saat ini duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA).  Fedaus menekankan pentingnya berinvestasi untuk kebutuhan masa depan, seperti untuk  pendidikan. Dia membebaskan anak-anaknya untuk memilih investasi , baik itu emas,saham, ataupun  ditabung.

Baca Juga: Saham-saham berikut layak dicermati jelang window dressing

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×