Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mencapai rekor penjualan tertinggi untuk periode semesteran pada enam bulan pertama tahun ini. Volume penjualan batubara PTBA mencapai 20,1 juta ton, meningkat 15,51% dibandingkan periode sama tahun lalu (Year on Year/YoY).
Sebagai perbandingan, pada semester I-2023 PTBA menjual batubara sebanyak 17,4 juta ton. Dalam empat tahun sebelumnya sejak 2019-2022, volume penjualan batubara PTBA pada semester pertama berturut-turut sebesar 13,4 juta ton, 12,6 juta ton, 12,9 juta ton dan 14,6 juta ton.
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Bukit Asam Farida Thamrin menjelaskan, pencapaian rekor penjualan pada semester I-2024 ditopang penjualan ekspor batubara sebesar 8,5 juta ton, meningkat sekitar 20% (YoY). Sementara realisasi Domestic Market Obligation (DMO) sebesar 11,6 juta ton, tumbuh 12% (YoY).
Farida bilang, PTBA menargetkan volume penjualan batubara sebanyak 43,1 juta ton sepanjang tahun ini. "Kami terus memaksimalkan potensi pasar di dalam negeri serta peluang ekspor ke sejumlah negara yang memiliki prospek pertumbuhan yang tinggi, baik pasar eksisting maupun pasar-pasar baru," kata Farida dalam paparan publik, Selasa (27/8).
Baca Juga: HBA dan Tren Ekspor Turun, Emiten Batubara Tetap Optimis?
PTBA mengoptimalkan beberapa pasar ekspor pada kuartal II-2024, di antaranya adalah Bangladesh dan Filipina. Secara bersamaan, ekspor batubara ke sejumlah negara meningkat signifikan. Seperti India yang meningkat sekitar 37% (YoY) menjadi 3 juta ton.
Begitu pula dengan ekspor ke Thailand, Malaysia dan Vietnam. Penjualan ke Thailand pada Semester I-2024 sebesar 933.000 ton, naik sekitar 605% (YoY). Ekspor ke Malaysia meningkat 257%menjadi 488.000 ton. Kemudian ekspor ke Vietnam melonjak 164% (YoY) menjadi 1,2 juta ton.
Senior Vice President Project Management Office Bukit Asam Setiadi Wicaksono mengatakan, outlook permintaan batubara masih menarik, setidaknya dalam jangka menengah hingga lima tahun ke depan. Dia mengamini, ada pembatasan penggunaan batubara pada negara maju, termasuk China.
Namun, ada peluang pasar dari negara-negara bekembang, terutama di wilayah Asia Tenggara dan Asia Selatan. "Beberapa potensi ada di negara seperti India, Bangladesh, Pakistan yang menjadi pasar menarik, karena dari sisi demand masih cukup tinggi," terang Setiadi.
Pada semester I-2024, volume penjualan batubara PTBA terdiri dari pasar ekspor sebanyak 42% dan 58% untuk domestik, dengan rincian 40% ke PLN dan 18% non-PLN. Volume penjualan ke pasar baru pada kuartal II-2024 adalah Bangladesh (240.000 ton), Filipina (120.000 ton) dan Jepang (20.000 ton).
Setiadi menambahkan, ke depannya PTBA optimistis tetap bisa mengamankan permintaan di dalam negeri. PTBA pun menyiapkan sejumlah proyek pengembangan di bidang energi dan hilirisasi yang dapat menyerap batubara. "Itu upaya jangka panjang yang diharapkan bisa mengamankan pemakaian batubara PTBA di domestik," imbuh Setiadi.
Di sisi yang lain, lonjakan volume penjualan batubara ini ditopang oleh stabilitas produksi. Pada semester I-2024, volume produksi dan pembelian batubara stabil di level 18,8 juta ton.
Farida bilang, volume penjualan lebih tinggi dibandingkan volume produksi lantaran PTBA masih memiliki cadangan batubara dari tahun 2023. Adapun, pada tahun ini PTBA menargetkan volume produksi sebanyak 41,3 juta ton.
Sementara dari sisi kinerja, PTBA mengantongi pendapatan senilai Rp 19,64 triliun dalam periode setengah tahun 2024, meningkat 4,19% (YoY) dari sebelumnya Rp 18,85 triliun. Sedangkan laba bersih PTBA turun 26,71% (YoY) dari Rp 2,77 triliun menjadi Rp 2,03 triliun.
Baca Juga: Rekomendasi Saham Energi & Tambang Pilihan di Tengah Laju IHSG dan Harga Komoditas
Menurut Farida, PTBA masih mampu menjaga stabilitas kinerja dengan tingkat laba bersih yang tetap berada di level Rp 2 triliun. Kinerja ini dicapai di tengah tren penurunan harga batubara global pada semester I-2024, dimana indeks Newcastle turun 36% (YoY) dan ICI-3 merosot 19% (YoY).
Dus, PTBA fokus untuk menggenjot efisiensi dengan menekan biaya tunai (cash cost) yang secara tahunan menurun 6% menjadi Rp 844.000 per ton. "Kami fokus mengoptimalkan pencapaian kinerja operasional dan efisiensi secara berkelanjutan untuk menjaga kinerja positif," kata Farida.
Dari sisi pergerakan saham, hingga pukul 13:52 WIB harga PTBA menguat 0,36% ke level Rp 2.780 per saham. Secara year to date, pergerakan harga saham PTBA sudah mengakumulasi kenaikan 13,93%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News