kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Belanja Modal Bukit Asam (PTBA) Tahun Ini Capai Rp 2,9 Triliun


Sabtu, 09 Maret 2024 / 06:19 WIB
Belanja Modal Bukit Asam (PTBA) Tahun Ini Capai Rp 2,9 Triliun
ILUSTRASI. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menyiapkan belanja modal alias capital expenditure (capex) senilai Rp 2,9 triliun di tahun 2024.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) sudah menyiapkan sejumlah agenda bisnis tahun ini.

Untuk keperluan tersebut, PTBA pun menyiapkan belanja modal alias capital expenditure (capex) senilai Rp 2,9 triliun di tahun 2024. Anggota holding BUMN Pertambangan MIND ID ini juga menyiapkan sejumlah agenda untuk pengembangan bisnis batubara maupun non-batubara.

Direktur Keuangan PTBA Farida Thamrin mengatakan, alokasi capex tahun ini berada di level yang normal. PTBA akan menggunakan capex tersebut untuk sejumlah keperluan, di antaranya menjalankan agenda unlocking logistic sebagai startegi meningkatkan kapasitas tambang batubara.

"Artinya cadangan PTBA yang banyak ditambang nantinya akan bisa mulai dilakukan penjualan dengan meningkatkan kapasitas daripada transportasi," terang Farida dalam press conference yang digelar Jum'at (8/3).

Selain itu, capex PTBA akan dipakai untuk kebutuhan infrastruktur operasional dan dialokasikan untuk keperluan beberapa anak perusahaan. PTBA pun menyampaikan sejumlah agenda bisnisnya untuk tahun ini.

Baca Juga: Laba Tergerus 51,58%, Begini Strategi PTBA Perbaiki Kinerja di Tahun 2024

Direktur Utama PTBA Arsal Ismail menambahkan, agenda bisnis saat ini sekaligus dimaksudkan untuk mencapai roadmap net zero emission pada tahun 2060. PTBA sendiri ingin mengejar kenaikan kontribusi bisnis dari segmen non-batubara agar bisa mencapai 30% pada tahun 2030, sedangkan bisnis inti batubara akan menyumbang 70%.

Guna mencapai target tersebut, PTBA akan mengembangkan portofolio energi baru dan terbarukan (EBT) serta hilirisasi batubara. Dari proyek EBT, PTBA telah membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Bandara Soekano-Hatta berkapasitas 241 KWp, bekerjasama dengan PT Angkasa Pura II (Persero).

Selain itu, PTBA bersama Jasa Marga Group juga membangun PLTS di jalan tol, seperti di Jalan Tol Bali-Mandara dengan kapasitas 400 KWp. Saat ini,  PTBA sedang mendalami peluang pengembangan EBT berbasis hydrogen, baik untuk kebutuhan sendiri maupun mendukung kemitraan dalam sistem rantai bisnis transportasi dan produksi PTBA.

Dalam pembangunan proyek hydrogen ini, Arsal mengatakan PTBA telah meneken nota kesepahaman (MoU) dengan salah satu perusahaan dari Prancis. "Kami sedang melakukan kajian awal dan dari hasil kajian ini tentunya nanti akan kami tindaklanjuti," ungkap Arsal.

Proyek berikutnya terkait dengan angkutan batubara. PTBA telah memulai pembangunan fasilitas penanganan batubara (coal handling facility) baru, untuk meningkatkan kapasitas angkutan melalui jalur kereta api Tanjung Enim - Keramasan. PTBA telah menggelar peletakan batu pertama (groundbreaking) pada 30 Desember 2023.

Pembangunan fasilitas tersebut menjadi bagian dari kerja sama PTBA dengan PT Kereta Api Indonesia atau KAI (Persero) dalam pengembangan angkutan batubara relasi Tanjung Enim - Keramasan yang berkapsitas 20 juta ton per tahun. Sarana dan prasarana untuk moda transportasi angkutan kereta disiapkan oleh PT KAI, sedangkan fasilitas dermaga di Keramasan dibangun PT Kereta Api Logistik (Kalog).

 

Arsal melanjutkan, PTBA menyediakan lahan  pembangunan industri hilirisasi yang bekerjasama dengan mitra potensial. PTBA mengalokasikan cadangan batubara khusus untuk proyek hilirisasi, sehingga kebutuhan batubara untuk industri hilirisasi dapat terjamin.

Sedangkan terkait dengan proyek gasifikasi batubara menjadi dimethyl ether (DME), Arsal menyatakan PTBA sedang menjajaki peluang kerja sama dengan beberapa perusahaan asal China. Langkah ini dilakukan untuk menggantikan perusahaan asal Amerika Serikat, Air Product, yang sebelumnya hengkang dari proyek strategis tersebut.

Tak hanya fokus pada DME, PTBA juga mengkaji produk turunan lainnya seperti metanol, etanol dan Mono Ethylene Glycol (MEG). Arsal bilang, penjajakan yang cukup serius sudah dilakukan PTBA bersama East China Engineering Science and Technology. 

"Itu yang sekarang ini paling sesuai kami jajaki untuk yang DME, di samping kami akan berbicara mengenai keekonomiannya. PTBA tetap berkomitmen mendukung hilirisasi yang diprogramkan oleh pemerintah," terang Arsal.

Baca Juga: Bukit Asam (PTBA) Membidik Penjualan 43,1 Juta Ton Batubara Tahun 2024, Naik 16,48%

Selanjutnya, mengenai rencana akuisisi tambang, PTBA membuka peluang untuk mengikuti lelang yang ditawarkan pemerintah maupun terhadap tambang dari perusahaan swasta. "PTBA tentunya akan masuk pada tambang-tambang yang memberikan nilai positif. Artinya akuisisi dilakukan dengan memperhatikan kelayakan ekonomis dari tambang tersebut," tandas Arsal.

Yang pasti, sebagai pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP), Arsal mengklaim PTBA memiliki cadangan batubara yang terbesar. Dengan cadangan yang bisa ditambang mencapai 2,9 miliar - 3 miliar ton, cukup untuk memenuhi kebutuhan sekitar 75 tahun ke depan dengan asumsi tingkat produksi saat ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×