Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - TOKYO. Harga minyak mentah acuan melemah sekitar 2% pada siang ini. Hal ini membuat penguatan yang terjadi pada sesi sebelumnya langsung terkikis karena lonjakan stok minyak mentah Amerika Serikat (AS).
Peningkatan infeksi virus corona di AS dan Eropa memicu kekhawatiran akan melimpahnya pasokan minyak dan melemahnya permintaan bahan bakar jadi penekan harga minyak mentah.
Rabu (28/10) pukul 11.30 WIB, harga minyak mentah Brent kontrak pengiriman Desember 2020 turun 76 sen atau 1,8% menjadi US$ 40,44 per barel. Harga Brent telah menguat hampir 2% pada hari sebelumnya.
Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman Desember 2020 melemah 90 sen, atau 2,3% ke level US$ 38,67 per barel. Harga WTI telah naik 2,6% pada hari Selasa.
Baca Juga: Harga emas spot stabil di level US$ 1.906,15 per ons troi pada tengah hari ini
Koreksi harga minyak datang setelah stok minyak mentah dan bensin di Negeri Paman Sam naik pada pekan lalu. Berdasarkan data dari kelompok industri American Petroleum Institute (API), persediaan minyak mentah naik 4,6 juta barel menjadi sekitar 495,2 juta barel.
"Peningkatan stok minyak mentah AS yang lebih tinggi dari perkiraan mendorong penjualan baru, sementara kekhawatiran atas gangguan pasokan dari Badai Zeta telah surut," kata Hiroyuki Kikukawa, General Manager of Research Nissan Securities.
Sebelumnya, harga minyak mendapat katalis positif setelah sejumlah perusahaan energi dan pelabuhan di sepanjang Pantai Teluk AS bersiap pada hari Selasa untuk menghadapi Badai Zeta. Ini menjadi badai ke-11 pada musim ini yang memasuki Teluk Meksiko.
"Meningkatnya kasus Covid-19 dengan kurangnya paket bantuan fiskal virus corona AS juga mengurangi selera investor pada aset berisiko," kata Kikukawa. Dia menilai, sentimen bagi harga minyak masih suram dan menjaga harga di bawah tekanan melalui pemilihan presiden AS pada 3 November.
Gelombang kedua virus corona yang melanda Amerika Serikat, Rusia, Prancis, dan negara-negara lain dalam beberapa hari terakhir kian memperparah harga minyak. Terlebih beberapa negara Eropa memilih memberlakukan pembatasan baru untuk mencoba mengendalikan wabah yang tumbuh cepat.
Di sisi lain, Presiden AS Donald Trump mengakui pada hari Selasa bahwa kesepakatan bantuan ekonomi virus corona kemungkinan akan datang setelah pemilu yang dilakukan pekan depan.
"Dengan dan tanpa penguncian lagi, pergerakan di seluruh Eropa dan Amerika Utara akan turun selama bulan-bulan musim dingin mendatang karena kebanyakan orang menghindari perjalanan dan pertemuan besar," kata Henning Gloystein, Director of Global Energy & Natural Resources Eurasia Group, dalam sebuah catatan pada hari ini.
Baca Juga: Mayoritas bursa Asia koreksi, gelombang kedua Covid-19 dan stimulus AS jadi pemberat
"Ini akan mengurangi konsumsi bahan bakar dan hampir pasti memaksa OPEC dan sekutunya untuk terus menahan pasokan minyak hingga tahun 2021," kata dia.
Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC +, berencana untuk mengurangi ukuran pengurangan produksinya pada Januari dari 7,7 juta barel per hari (bph) saat ini menjadi sekitar 5,7 juta barel per hari pada Januari. Meskipun jumlahnya masih sangat besar, ini mungkin tidak cukup untuk mengimbangi permintaan yang lemah.
Menambah tekanan, produksi Libya akan pulih menjadi 1 juta barel per hari dalam beberapa minggu mendatang, mempersulit upaya anggota OPEC dan sekutu lainnya untuk membatasi produksi
Selanjutnya: Harga minyak koreksi hampir 2% terseret lonjakan stok minyak AS pada pagi ini (28/10)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News