Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Stok minyak sawit Malaysia kemungkinan akan naik di bulan ketiga selama September dan menyentuh angka tertinggi sejak Februari 2016. Kenaikan stok CPO tidak lepas dari pertumbuhan produksi dari negara produsen terbesar kedua di dunia itu.
Menurut survei Bloomberg terhadap 11 penanam, pedagang dan analis, persediaan CPO akan naik 3,1% menjadi 2 juta metrik ton dibanding bulan Agustus. Angka tersebut akan menjadi level tertinggi dalam 19 bulan dan mencerminkan kenaikan 29% dibanding periode sama tahun lalu.
Selanjutnya, survei menunjukkan produksi minyak sawit naik 1,1% menjadi 1,83 juta ton, sementara ekspor menanjak 8,1% menjadi 1,61 juta ton atau tertinggi sejak Agustus 2016. Malaysian Palm Oil Board (MPOB) akan merilis data resmi pada 10 Oktober.
Harga rata-rata minyak sawit di Malaysia menguat sekitar 4% selama September dibanding bulan sebelumnya. Ivy Ng, Kepala bagian Agribisnis CIMB Investment Bank Bhd dalam sebuah catatan tertanggal 3 Oktober menyatakan, kenaikan harga didorong oleh kuatnya permintaan ekspor serta pasokan yang lebih kecil dari perkiraan lantaran terkena dampak El Nino.
Ivy memperkirakan, harga CPO akan diperdagangkan antara RM 2.400-RM 2.700 ringgit per metrik ton selama Oktober. Kamis (5/10) pukul 11.29 WIB, harga CPO kontrak pengiriman Desember 2017 menanjak 0,9% ke level RM 2.740 per metrik ton dibanding sehari sebelumnya.
"Bahkan dengan ekspor yang lebih tinggi lantaran permintaan musim festival, angka pastinya masih lebih rendah dari produksi," kata Voon Yee Ping, seorang analis Kenanga Investment Bank Bhd di Kuala Lumpur, Kamis (5/10). "Masih ada sejumlah besar sisa stok dari Agustus. Jika permintaan lokal tidak meningkat, Anda akan melihat pertumbuhan stok, " imbuhnya.
Dalam survei Bloomberg, perkiraan produksi September berkisar antara 1,79 juta ton dan 1,90 juta ton. Sebagian besar responden memperkirakan, hanya sedikit perubahan dari produksi bulan sebelumnya. Lalu perkiraan untuk stok berkisar antara 1,93 juta ton dan 2,10 juta ton.
Voon mengatakan, ada risiko ekspor dalam beberapa bulan mendatang karena sebagian besar pembelian untuk musim festival akan selesai pada Oktober. "Kita akan melihat ekspor stabil atau datar selama beberapa bulan ke depan, itulah mengapa kami memiliki prospek bearish pada harga untuk kuartal keempat,"imbuhnya.
Menurut Phang Loy Fatt, seorang trader pada divisi pemasaran perusahaan perkebunan Malaysia, Kepong Bhd., permintaan untuk minyak yang digunakan dalam segala hal mulai dari cokelat sampai biofuel itu sebagian besar akan bergantung pada diskon harga produk pesaing seperti minyak kedelai. "Jika diskon harga CPO ke minyak kedelai menyempit ke bawah US$ 100 per metrik ton, permintaan CPO mungkin akan terpengaruh," katanya pada Rabu (4/10).
Impor Malaysia terlihat 40.000 ton pada bulan September, sedikit berubah dari 41.661 ton bulan sebelumnya. Perkiraan untuk konsumsi domestik berkisar antara 200.000 ton dan 240.000 ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News