Reporter: Ahmad Febrian, Recha Dermawan | Editor: Ahmad Febrian
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa emiten melakukan aksi korporasi pemecahan saham. Bank BNI (BBN) misalnya melakukan stock split dengan rasio 1:2. Aksi korporasi pemecahan harga atau stock split menjadikan pergerakan saham lebih atraktif.
Sebelumnya, PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (TUGU) atau Tugu Insurance juga melakukan aksi stock split dengan rasio serupa. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham TUGU merupakan salah satu emiten indeks sektor finansial yang atraktif pada tahun ini. Saham TUGU tercatat menguat 49% secara year to date (ytd) ke level Rp1.270 pada Kamis (12/10).
Salah satu pemicu kenaikan saham TUGU adalah kebijakan stock split yang membuat volume perdagangan semakin besar. Sejak stock split pada Mei 2023 lalu, volume perdagangan bulanan periode Mei-September rata-rata tercatat 134,87 juta saham per bulan. Adapun nilai transaksi rata-rata perbulan tercatat Rp 169,97 miliar. Sementara volume dan nilai transaksi terbesar terjadi pada September 2023, yakni 164,79 juta saham dengan nilai Rp 207,11 miliar.
Sebagai perbandingan sebelum stock split jumlah volume bulanan TUGU cenderung sepi. Bahkan tidak jarang volume bulanan di bawah 10 juta saham per bulan dengan rekor terendah pada Desember 2021 sebesar 5,66 juta saham senilai Rp4,52 miliar.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, M. Nafan Aji Gusta mengatakan wajar harga TUGU mengalami kenaikan karena ada euphoria di investor terkait stock split. Namun dia mencermati, saat ini ada tren shifting dari uptrend ke sideways karena investor masih menunggu kinerja keuangan TUGU tahun ini. "Tapi tujuan stock split adalah jangka panjang agar lebih likuid, dan lebih banyak ditransaksikan oleh investor ritel. Jadi secara valuasi akan lebih menarik," ujar Nafan Aji, Kamis (12/10).
Baca Juga: Investor Menanti Cuan Saham BBNI Hasil Stock Split
Menurut dia, saham TUGU masih menarik karena memiliki valuasi yang murah. Hal ini tercermin pada price to book value (PBV) di bawah satu kali atau sekitar 0,48 kali. Selain itu, faktor menarik lainnya adalah dari sisi pendapatan dan laba juga tumbuh secara progresif.
"Untuk prospeknya kembali pada bagaimana perusahaan mampu meningkatkan premi asuransi. Seiring dengan perbaikan ekonomi yang terjaga dengan baik maka pertumbuhan premi bisa lebih baik," ujarnya.
Semester I-2023 TUGU mencatatkan pertumbuhan pendapatan premi neto 18,4% menjadi Rp 1,52 triliun. Selanjutnya, pendapatan underwriting TUGU tumbuh 16,1% dan pendapatan investasi tumbuh 21,2%. Sementara itu, laba bersih TUGU tumbuh 440,5% menjadi Rp 1,03 triliun. Sebagian besar laba bersih tersebut dikontribusikan dari kasus hukum yang dimenangkan oleh TUGU atas Citibank senilai Rp 1 triliun. Dengan demikian, lonjakan laba bersih itu bersifat one off atau sekali waktu.
Kembali lagi ke soal stock split, Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilanus Nico Demus mengatakan, meskipun likuiditas saham yang melakukan stock split akan bertambah, pada akhirnya semua akan kembali kepada fundamental, prospek perusahaan, dan potensi valuasi di masa yang akan datang
Stock split akan mendorong likuiditas bertambah, apalagi untuk saham yang memiliki fundamental bagus dan prospek bagus di masa yang akan datang.
“Stock split tentu memberikan daya tarik kepada pelaku pasar dan investor untuk membeli saham tersebut, karena harganya yang menjadi terjangkau,” kata Nico.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News