Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Yudho Winarto
Selain itu, sentimen pemilihan umum di Inggris juga mempengaruhi harga tembaga. Sebagian besar warga Inggris memproyeksikan partai konservatif yang dipimpin Perdana Menteri Inggris Boris Johnson akan menang di pemilihan umum.
Baca Juga: Industri properti melambat, permintaan logam China makin turun
Ibrahim mengatakan bila partai konservatif menang kepercayaan pelaku pasar pada kawasan Inggris akan meningkat dan bisa membuat dollar AS melemah. Dampaknya, harga tembaga bisa kembali menguat.
Namun, penguatan harga tembaga Ibrahim proyeksikan bergerak terbatas karena dollar AS kembali menguat. Di lain sisi, bank sentral AS, mengatakan tidak akan menurunkan suku bunga acuannya kembali kecuali ekonomi AS dan global terus melambat.
"Sentimen positif dan negatif masih tarik menarik karena kini perekonomian AS cukup bagus dan suku bunga AS bisa dipertahankan," kata Ibrahim. Dollar AS yang kembali menguat jadi sedikit menggangu tren penguatan dollar AS.
Baca Juga: Harga tembaga tertekan kenaikan produksi tambang Antofagasta
Namun, jika melihat harga tembaga di pasar Tiongkok yang masih menguat maka harga tembaga di pasar LME juga akan menguat. "Harga tembaga di pasar China masih menguat, maka harga tembaga di pembukaan pasar LME harga tembaga juga masih menguat," kata Ibrahim.
Di perdagangan, Rabu (27/11), Ibrahim memproyeksikan harga tembaga cenderung stabil di rentang US$ 5.820 per metrik ton hingga US$ 5.940 per metrik ton.
"Kemungkinan harga tembaga masih bisa menguat tetapi tidak signifikan begitupun jika turun juga tidak akan signifikan," kata Ibrahim.
Sedangkan, dalam sepekan rentang harga tembaga berada di US$ 5.710 per metrik ton hingga US$ 5.940 per metrik ton. Ibrahim merekomendasikan buy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News