kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sri Winanto: Berinvestasi pada sepeda ontel


Sabtu, 23 Maret 2013 / 09:17 WIB
ILUSTRASI. Postpartum depression yang terjadi pasca kelahiran sering menyerang ibu ibu baru


Reporter: Agung Jatmiko | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Tekun dan menikmati kegiatan berinvestasi yang dijalani. Itulah prinsip yang diterapkan oleh Sri Winanto, Direktur Kepatuhan PT Askap Futures. Dengan begitu, kegiatan berinvestasi tidak hanya untuk mengelola aset tapi juga bisa memberi kepuasan tersendiri bagi diri sendiri. Itulah hal yang ia rasakan sendiri hingga saat ini.

Pertama kali mengawali pengalamannya berinvestasi, pria kelahiran Jakarta ini menjatuhkan pilihan investasi pada instrumen komoditas di bursa berjangka. Kala itu di tahun 1995, ia masih berprofesi sebagai Account Executive di sebuah perusahaan futures di Jakarta. Selama berinvestasi di bursa berjangka itu, Winanto pernah mengalami loss yang cukup besar.  

Ketika sekitar tahun 2008 karir profesionalnya meningkat dan menjadi General Manager di Askap, Winanto harus rela berhenti berinvestasi di bursa berjangka. Prosedur perusahaan tempat ia bekerja melarang manajemen berinvestasi di saham maupun futures.

Ia pun mencari instrumen lain dan akhirnya memilih barang-barang antik sebagai sarana berinvestasi. Ia tidak mengkhususkan diri mengoleksi barang tertentu. "Benda apapun yang mempunyai nilai klasik dan menarik pasti saya akan berusaha membelinya," ujar pria berusia 39 tahun ini.

Salah satu koleksi barang antik yang ia banggakan hingga saat adalah koleksi sepeda ontel merek Gazelle. Saat ini Winanto memiliki delapan buah sepeda ontel. Salah satu sepeda koleksinya bernilai lebih dari Rp 70 juta. Menurut dia, memburu barang antik yang benar-benar ia minati adalah hal tersulit sebagai kolektor. Oleh sebab itu, barang-barang antik yang ia miliki itu ia anggap bagaikan emas. "Ini karena mengoleksi barang antik sudah menjadi hobi saya," kata dia.

Sebagai kolektor barang antik, Winarto mengaku sebagai tipe investor moderat. Saat memburu barang antik, ia juga harus mengukur kemampuan pada saat mengajukan penawaran. Jika saat itu ia tidak mempunyai dana yang cukup, maka akan dia lepas.

Pada akhir pekan ini, ia berniat pergi ke Bandung untuk menghadiri festival sepeda ontel. Selain membuka kesempatan untuk berwisata bersama keluarga, momen ini ia manfaatkan untuk menjalani hobi dan investasinya tersebut.

Berniat bisnis UKM

Selain mengumpulkan barang antik, Winarto juga menempatkan sekitar 20% dana investasi di deposito dan sisanya di asuransi. Menurut dia, apapun instrumen investasi yang diambil, seorang investor harus tahu benar posisi keuangannya. Dengan begitu, dana utama untuk keberlangsungan hidup sehari-hari tidak terganggu.

Di usia yang masih relatif muda ini, Winanto masih berfokus untuk menjalani karier profesionalnya. Ia menghitung, sekitar 15 tahun mendatang ketika usia produktif bakal berakhir, ia bermimpi bisa menjalani bisnis di bidang usaha kecil menegah (UKM).

Nah, untuk merealisasikan mimpinya itu, masa produktifnya saat ini akan ia gunakan untuk memupuk modal serta merancang perencanaan yang detil.  "Sehingga saat saya sudah tidak lagi menjabat sebagai direktur, saya bisa percaya diri melangkah ke bisnis UKM," kata Winanto.          

Menurut bapak satu anak ini, berinvestasi sebaiknya tidak hanya menguntungkan diri sendiri, namun juga bisa membawa berkah bagi orang lain. Dengan berinvestasi di sektor UKM, hal itu bisa terjadi dengan menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat.

Pemberdayaan masyarakat menjadi tujuan mulianya di jangka panjang. "Apalah artinya jika kita memperoleh banyak keuntungan tetapi tidak bisa sekaligus mensejahterakan orang lain di sekitar kita," kata dia.   

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×