Reporter: Auriga Agustina | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) akan membeli kembali atau buyback obligasi yang jatuh tempo pada tahun 2021 senilai U$ 350 juta atau setara dengan Rp 4,99 triliun. Surat utang lama yang akan dibeli kembali tersebut memiliki bunga 8,25%.
Buyback akan dilakukan melalui tender, dengan harga buyback obligasi yang ditawarkan US$ 1.012,5 atau lebih tinggi US$ 12,5 dari harga pokok obligasi sebesar US$ 1.000. "Total pembelian akan mencapai angka US$ 185 juta, dan kemungkinan bisa dinaikkan," ungkap Sri Rejeki Isman dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Singapura, Jumat (4/1).
Jika menerima penawaran pembayaran awal, investor juga akan mendapatkan US$ 30 per US$ 1.000 pokok obligasi. Sehingga, total keuntungan yang didapat investor yang menjual obligasi mencapai US$ 42,5 untuk setiap US$ 1.000 pokok obligasi. Periode buyback ini ditutup pada 11 Februari 2019 kecuali diperpanjang atau ditutup lebih awal.
Corporate Communications Sri Rejeki Isman Joy Citra Dewi mengatakan, pihaknya ingin mempercepat obligasi untuk menurunkan cost of fund atau beban keuangan dan diversifikasi pendanaan. "Kami selalu mencari opsi untuk mendapatkan pendanaan yang lebih murah," kata Joy.
Seluruh dana yang akan dikeluarkan oleh SRIL berasal dari pinjaman bank. "Cost of fund pinjaman bank ini lebih rendah," imbuh Joy tanpa merinci besaran bunga pinjaman bank ini.
Pada sembilan bulan pertama 2018, beban keuangan SRIL mencapai US$ 50,74 juta, naik 10,14% dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Sekadar informasi, SRIL menerbitkan obligasi ini lewat anak usaha yang dimiliki penuh, Golden Legacy Pte Ltd. Golden Legacy menerbitkan obligasi ini pada Juni 2016. Wesel bayar ini merupakan refinancing dari seri sebelumnya yang jatuh tempo 2019 sebesar US$ 180,74 juta dengan bunga 9%. Obligasi ini tercatat di Bursa Singapura.
Head of Fixed Income Fund Manager Prospera Asset Management Eric Sutedja mengatakan, cost of fund untuk obligasi dollar AS, kupon 8,25% cukup tinggi, sehingga tidak akan menimbulkan risiko jika melakukan aksi korporasi buyback.
"Jika dilihat dari laporan keuangan per kuartal ketiga 2018, laba bersih SRIL US$ 70,5 juta atau setara dengan Rp 1,05 triliun, sementara biaya untuk membayar bunga Rp 756 miliar, sehingga jika sebagian utang dilunasi maka biaya bayar bunga akan turun," kata Eric.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News