kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

SRBI Lebih Menarik Investor Asing Ketimbang SBN dan Saham


Selasa, 02 Juli 2024 / 18:34 WIB
SRBI Lebih Menarik Investor Asing Ketimbang SBN dan Saham
ILUSTRASI. Investor asing banyak keluar dari instrumen Surat Berharga Negara (SBN) dan saham pada semester I-2024.


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Investor asing banyak keluar dari instrumen Surat Berharga Negara (SBN) dan saham pada semester I-2024. Di sisi lain, instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) diburu sebagai instrumen jangka pendek yang aman.

Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto mencermati, keluarnya dana asing dari pasar modal Indonesia dari awal tahun lebih karena faktor eksternal. Khususnya dua bulan terakhir kondisi pelaku pasar agak nervous atau gugup, seiring kebijakan suku bunga tinggi masih bertahan.

Di awal tahun ekspektasi pasar terhadap suku bunga The Fed bisa turun sebanyak dua kali di tahun 2024. Namun, sampai akhir semester pertama ini belum ada tanda-tanda menunjukkan The Fed turunkan suku bunga, bahkan berpotensi suku bunga bakal naik.

“Belum turunnya suku bunga mengakibatkan market gugup karena memang pasar masih dalam kondisi suku bunga tinggi hampir 2 tahun. Dari situ, terjadi wait and see yang membatasi investor masuk ke pasar modal Indonesia,” kata Ramdhan saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (2/7).

Baca Juga: Beralih ke Pasar AS, Investor Asing Jual SBN dan Saham Selama Semester I 2024

Ramdhan memaparkan, tekanan terhadap pasar khususnya pasar Surat Utang Negara (SUN) ataupun Surat Berharga Negara (SBN) tercermin dari kenaikan imbal hasil atau yield SUN 10 Tahun ke level atas 7%. Volume transaksi juga cukup menurun.

Namun demikian, investor asing tidak sepenuhnya keluar dari pasar modal Indonesia. Sebagian investor asing banyak yang mengalihkan investasinya ke instrumen baru yakni Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), dari awal tahun hingga 27 Juni 2024, nonresiden atau asing tercatat jual neto Rp 36,46 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), jual neto Rp 9,78 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp 123,21 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Ramdhan melihat, instrumen SRBI ini diburu karena investasi jangka pendek dan aman, sehingga cocok dalam kondisi ketidakstabilan seperti sekarang. Terutama perbankan memang mulai aktif masuk ke SRBI yang selama ini merupakan segmen investor penopang bagi SBN.

“Tidak semua investor asing keluar tetapi ada yang beralih ke SRBI jangka pendek 1 tahun. Instrumen ini cocok dengan kondisi ketidakpastian global yang berekspektasi bunga turun tetapi ternyata belum mengarah ke sana,” tutur dia.

Baca Juga: Utang Pemerintah Naik Lagi, Kini Tembus Rp 8.353,02 Triliun per Mei 2024

Di sisi lain, Ramdhan menambahkan, suku bunga tinggi AS artinya juga masih mendukung aset berbasis surat utang seperti US Treasury. Sehingga wajar apabila dana banyak keluar dari emerging markets seperti Indonesia menuju pasar Amerika.

Oleh karena itu pula, tren aliran dana asing masih akan menunggu arah kebijakan suku bunga The Fed. Sebab, Bank Sentral AS itu berencana akan memangkas suku bunga sebesar 25 bps di akhir 2024.

Ramdhan meyakini adanya pelonggaran kebijakan moneter ketat bakal menyegarkan kembali kondisi pasar terutama SBN. Dengan asumsi kondisi pasar keuangan lebih stabil, maka yield SUN 10 Tahun sebagai acuan diperkirakan akan melandai di level 6,7%-6,8% di akhir tahun ini.

Adapun pekan lalu pasar mengalami penguatan karena aliran deras ke pasar surat utang, saham dan juga instrumen SRBI. Hanya saja, Ramdhan berpandangan bahwa sentimen ini jangka pendek yang terangkat situasi makroekonomi dan data tenaga kerja AS teranyar.

Berdasarkan data transaksi 24–27 Juni 2024, nonresiden tercatat beli neto Rp 19,69 triliun terdiri dari beli neto Rp 8,30 triliun di pasar SBN, serta beli neto Rp 2,23 triliun di pasar saham dan Rp 9,16 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×