Reporter: Nur Qolbi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Belum lama ini, PT Pertamina (Persero) berhasil memproduksi bahan bakar diesel dengan 100% sawit atau yang disebut Green Diesel (D-100). Produk ini merupakan hasil olahan dari crude palm oil (CPO) yang diproses lagi menjadi fatty acid methyl ester (FAME) atau yang dikenal dengan nama biodiesel.
Saat ini, Pertamina baru bisa memproduksi D100 di Kilang Dumai dengan kapasitas 1.000 barel per hari (bph). Akan tetapi, Pertamina berencana terus meningkatkannya secara bertahap menjadi 6.000 bph, kemudian 20.000 bph pada tahun 2023.
Salah satu produsen biodiesel, yakni PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMAR) atau SMART menyambut baik rencana Pertamina tersebut. Investor Relations Sinar Mas Agribusiness and Food Pinta S. Chandra mengatakan, biodiesel di Indonesia merupakan sumber konsumsi tambahan bagi industri kelapa sawit.
Baca Juga: Program bahan bakar D100 berjalan, apa dampaknya ke emiten CPO?
Program biodiesel berperan strategis bagi industri sawit nasional dan juga perekonomian Indonesia karena dapat mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap pasar ekspor. "Dengan begitu, Indonesia dapat meningkatkan daya tawar produk sawit nya dan mengurangi impor minyak mentah," kata Pinta saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (30/7).
Meskipun begitu, Pinta menilai, pelaksanaan program D100 ini merupakan program jangka panjang yang membutuhkan berbagai dukungan, antara lain kesiapan fasilitas produksi, kesiapan industri pemakai, dan ketersediaan dana untuk subsidi. "Ekspansi kapasitas biodiesel yang SMART lakukan saat ini merupakan bentuk dukungan terhadap kebijakan biodiesel pemerintah," ucap dia.