Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Akhir tahun ini kondisi pasar masih diselimuti tekanan dari suku bunga tinggi bank-bank sentral dunia. Memanasnya konflik geopolitik antara Israel dan Palestina turut menambah kekalutan yang bisa berpengaruh pada prospek ekonomi global.
Mengatur kembali keranjang investasi mungkin diperlukan untuk menyesuaikan kembali kondisi pasar. Dengan menyusun kembali portofolio, investor bisa terus berada di jalur keuntungan ataupun sekedar melindungi aset dari risiko yang beredar di pasar.
Melihat kondisi pasar terkini, Direktur Batavia Prosperindo Aset Manajemen (BPAM) Eri Kusnadi menilai, aset saham dan surat utang masih cukup menarik untuk diinvestasikan di akhir tahun ini. Hal itu karena melihat koreksi yang terjadi di pasar saham dan obligasi, sehingga membuat valuasinya jadi menarik saat di level rendah.
“Saya rasa saat ini kedua kelas aset tersebut (saham dan obligasi) cukup menarik untuk diinvestasikan,” kata Eri kepada Kontan.co.id belum lama ini.
Baca Juga: Asing Catat Net Buy Terbesar pada 10 Saham Ini Selama Sepekan
Eri menjelaskan, koreksi pasar terjadi akibat suku bunga AS yang diperkirakan masih bakal dikerek satu kali lagi di akhir tahun ini. Hal tersebut mendorong yield US Treasury melonjak, serta menekan pasar saham global.
Oleh karena itu, Eri mengungkapkan, Batavia Prosperindo selalu menekankan pemilihan saham dengan fundamental yang kuat disertai kemampuan mempertahankan laba yang baik. BPAM turut mencari saham-saham dengan potensi pertumbuhan yang menarik di antaranya perbankan besar, telekomunikasi dan konsumer.
Sementara aset obligasi dipandang risiko imbalan masih lebih optimal pada surat utang pemerintah. Walaupun demikian, Batavia Prosperindo AM tetap selektif dalam memilih obligasi korporasi berkualitas yang menawarkan imbal hasil menarik.
Eri berujar, strategi pengalokasian aset akan mengedepankan preferensi masing-masing investor sesuai dengan profil risiko. Semua aset dibagi sesuai minat investor pada tiap kelas reksadana.
Perencana Keuangan dari Finansia Consulting Eko Endarto justru menyarankan sebaiknya investor mempertebal dahulu uang tunai. Risiko yang tinggi di investasi seperti saham dan komoditas sebaiknya ditahan dan tidak ditambah untuk menunggu momentum reversal harga.
“Dengan kondisi bunga cenderung tinggi dan makro yang tidak pasti, salah satu strategi yang baik saat ini adalah realisasi keuntungan dan alokasi lebih banyak pada cash,” ujar Eko saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (12/10).
Menurut Eko, lebih dari separuh aset bisa ditahan dulu untuk memperbanyak cash, setidaknya bisa dilakukan sampai kondisi global lebih pasti dan bisa lebih terprediksi. Sisanya investor bisa menempatkan investasi ke yang lebih berisiko seperti emas, saham, properti dengan alokasi seimbang.
Baca Juga: Sektor Infrastruktur yang Didukung Saham BREN Menyokong Kenaikan IHSG Hari Ini
“Kemungkinan sampai dengan pertengahan tahun masih sama, apalagi ditambah pemilu di dalam negeri. Jadi sementara konsentrasi ke cash dulu,” imbuh Eko.
Dari tiga tipe investor, Eko berujar, aktivitas memperbanyak uang tunai dalam kondisi saat ini cocok untuk investor konservatif. Pembagiannya 50% untuk cash, saham 20% lalu emas 30%.
Bagi investor moderat yang memiliki tingkat toleransi risiko menengah, sebaiknya mengalokasikan aset lebih banyak pada pasar uang 50%, obligasi 30% dan saham 20%. Sementara bagi investor agresif yang lebih mengejar keuntungan tinggi bisa menempatkan dana lebih banyak pada saham 50%, lalu pasar uang 50%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News