Reporter: Benedicta Prima | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) kembali memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 3,5% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG), Kamis (18/2). Pemangkasan ini mempertimbangkan inflasi yang rendah, nilai tukar rupiah yang terjaga dan upaya mendorong pemulihan ekonomi.
Sebagai gambaran, pemangkasan yang dilakukan BI tersebut menjadi posisi terendah sepanjang sejarah. Adapun BI telah memangkas sebanyak 250 bps sejak Juli 2019.
Era suku bunga rendah ini diprediksi masih akan berlanjut di 2021 mengingat BI masih memiliki ruang untuk memangkas suku bunga dengan mempertimbangkan inflasi yang rendah dan upaya memulihkan pertumbuhan ekonomi. Pemangkasan suku bunga diprediksi bakal menjadi katalis positif bagi pasar saham dalam negeri.
Baca Juga: Indofood CBP (ICBP) resmi putus kongsi dengan PepsiCo, ini kata analis
Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan BI memiliki ruang untuk memangkas suku bunga satu kali lagi pada semester dua nanti. Penurunan suku bunga acuan ini akan menyebabkan bunga deposito ikut terseret turun.
Hal inilah yang menjadi salah satu alasan investor akan mencari alternatif lain untuk berinvestasi, salah satunya ke saham. Sehingga penurunan suku bunga dapat membuat pasar saham menarik.
"Saat suku bunga turun pasti membutuhkan alternatif investasi dari deposito sehingga pasar modal akan marak baik dari sisi reksadana, obligasi, Surat Utang Negara (SUN) atau obligasi korporasi dari perusahaan yang bidang usahanya masih bisa berjalan," jelas Wawan kepada Kontan, Kamis (19/2).
Analis Philip Sekuritas Anugerah Zamzami Nasr juga mengatakan saham akan merasakan dampak positif di saat suku bunga dalam tren rendah, sebab penurunan suku bunga juga membuat yield obligasi terseret turun. Sedangkan investor akan mencari instrumen investasi yang memberikan imbal hasil tinggi.
Baca Juga: Akuisisi saham Indofood Fritolay Makmur, berikut rekomendasi saham ICBP
Zamzami memprediksi BI masih memiliki ruang untuk memangkas suku bunga kembali. "Tahun ini diprediksi stance-nya masih longgar, meski memang suku bunga acuan saat ini sudah cukup rendah. Sehingga ruang penurunan juga makin terbatas," jelas Zamzami.
Dus, Wawan memprediksi IHSG bisa menyentuh level 6.600-6.900 di tahun ini dengan skenario moderat-optimistis. Moderat dengan asumsi vaksinasi sesuai jadwal, sedangkan optimistis vaksinasi lebih cepat selesai dan melihat pertumbuhan ekonomi sudah mulai naik. Untuk pertumbuhan ekonomi, Wawan memprediksi skenario moderat mencapai 1% dan optimistis 2-2,5%.
Sedangkan Zamzami memproyeksikan IHSG berada di level 6.820 setara price earning ratio 17,4 kali dan asumsi earning per share (EPS) sebesar 30% didukung oleh pemulihan ekonomi yang diterjemahkan pada pertumbuhan laba emiten. "Utamanya pertumbuhan laba sektor perbankan, telekomunikasi, tambang dan material," jelas dia.