Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID JAKARTA. Proyeksi harga batubara yang kian membaik di tahun ini diprediksi akan mempangaruhi kinerja emiten batubara. Salah satunya adalah perusahaan yang tergabung dalam Grup Indika.
Asal tahu saja, kinerja PT Indika Energy Tbk (INDY) di tahun lau kurang berkesan. INDY membukukan kerugian senilai US$ 117,54 juta, naik dari rugi bersih tahun sebelumnya yang hanya US$ 18,16 juta.
Kenaikan rugi bersih INDY tidak terlepas dari penurunan pendapatan yang mencapai 25,34% menjadi US$ 2,07 miliar sepanjang tahun lalu. Sebagai gambaran, pendapatan INDY tahun 2019 mencapai US$ 2,78 miliar.
Penurunan pendapatan konsolidasian INDY juga disebabkan oleh penurunan kinerja anak usahanya, yakni PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk (MBSS) dan PT Petrosea Tbk (PTRO), di mana kedua emiten ini membukukan penurunan pendapatan. Hanya saja, PTRO berhasil mencetak kenaikan laba bersih.
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas menilai, kinerja INDY berpeluang membaik seiring kenaikan atau membaiknya harga batubara. Sukarno menyebut, harga batubara memiliki potensi untuk kembali menguji level US$ 95 per ton dan bisa berlanjut ke level US$ 100 per ton.
“Untuk level suport di level US$ 88 per ton, untuk tetap dalam tren kenaikan hingga akhir tahun,” terang Sukarno kepada Kontan.co.id, Selasa (6/4).
Baca Juga: Kembangkan Patimban, Indika (INDY) siapkan capex US$ 400 juta dalam 7 tahun pertama
Adapun diversifikasi usaha yang dilakukan INDY, salah satunya ke segmen pembangkit listrik tenaga surya, akan berdampak baik bagi kinerja jangka panjang emiten batubara ini. Hal tersebut karena diversifikasi akan mengurangi ketergantungan (eksposur) INDY terhadap fluktuasi bisnis batubara.
“Dari pihak INDY juga menargetkan nantinya (diversifikasi) bisa berkontribusi sampai 50% dari pendapatan,” sambung dia.
Dari tiga saham emiten Grup Indika, Sukarno menilai PTRO lebih menarik. Jika dilihat, kinerja terakhir PTRO masih mampu bertumbuh dan secara valuasinya juga saat ini tergolong undervalued.
Sebagai gambaran, PTRO membukukan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$32,28 juta, naik 3,53% dari US$31,18 juta pada tahun sebelumnya. Hal ini berbanding terbalik dengan INDY dan MBSS yang menanggung kerugian.
Saat ini, price to earnings (PE) PTRO berada di 4.34 kali dan dengan price to book value (PBV) di 0.61 kali. Sukarno memberi rekomendasi beli untuk saham PTRO dengan target harga di Rp 2.800.
Selanjutnya: Catatkan kerugian Rp 1,3 triliun di 2020, Acset Indonusa (ACST) absen bagi dividen
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News