Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - Sektor perbankan mulai mendapatkan sentimen positif pada semester kedua 2017. Sentimen positif in bisa berlanjut tahun depan sehingga bisa mendongkrak kinerja.
Bahana Sekuritas dalam riset, Senin (25/9) menyebut, beberapa faktor yang menjadi pendorong bagi kinerja perbankan di antaranya kenaikan harga komoditas dan pembangunan infrastruktur. Konsistensi kenaikan harga komoditas ini membuat pelaku usaha mampu membereskan kredit bermasalah di perbankan, sekaligus membutuhkan tambahan modal untuk ekspansi usaha ke depan. Sehingga permintaan kredit diperkirakan akan meningkat pada semester kedua tahun ini.
Komitmen Presiden Joko Widodo untuk membenahi infrastruktur di seluruh Indonesia mulai dari pembangunan jalan tol, kereta light rail transit (LRT), pembangunan jembatan, penambahan jalur kereta yang baru serta infrastruktur pendukung lainnya tentunya tak terlepas dari pembiayaan perbankan, terutama bagi bank-bank milik negara.
Bahana memperkirakan, kredit perbankan tahun ini bisa tumbuh sekitar 9%-10% karena permintaan kredit dari sektor konsumer dan korporasi masih akan meningkat. Pada akhir Juli 2017, kredit tumbuh 8,2% dibanding periode yang sama tahun lalu, yang merupakan akselerasi dibanding pertumbuhan 7,7% pada akhir Juni 2017.
Rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) tercatat sebesar 3,0% di akhir Juli 2017, lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 3,18%. ''Seiring dengan peningkatan permintaan kredit serta rasio kredit bermasalah yang perlahan turun, biaya cadangan atau provisi perbankan semakin kecil, sehingga laba bersih industri perbankan akan membaik hingga akhir tahun ini,'' kata Plt Kepala Riset dan Strategi Bahana Sekuritas Henry Wibowo.
Henry menambahkan, penurunan pencadangan ini cenderung tidak akan berdampak terlalu banyak pada laba perbankan tahun depan. "Namun, laju permintaan kredit tahun depan diperkirakan lebih tinggi dibanding tahun ini karena tahun depan sudah akan dimulai kegiatan kampanye,'' tambahnya.
Bila menilik data kredit perbankan berdasarkan sektor hingga akhir Juli, terlihat peningkatan kredit dari sektor konsumer yang mengambil porsi 28% dari total kredit, tumbuh 10,1% secara tahunan. Kredit modal kerja yang mengambil porsi 47% dari total kredit meningkat 8,1% dibanding Juli tahun lalu. Kredit investasi yang mendapat porsi 25% dari total kredit nasional, tumbuh 6,4% dibanding periode yang sama tahun lalu.
Bahana memperkirakan, earning per share (EPS) sektor perbankan bakal tumbuh 16% dibandingkan dengan pertumbuhan pasar secara keseluruhan yang diperkirakan sekitar 12%-14%. Alhasil, Bahana merekomendasikan beli untuk beberapa saham bank.
Pilihan Bahana Sekuritas adalah PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dengan target harga Rp 8.125 per saham, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan target harga Rp 17.000 per saham. BMRI diuntungkan penurunan biaya pencadangan serta pembiayaan yang disalurkan untuk proyek infrastruktur. Sedangkan BBRI yang mendominasi pembiayaan untuk sektor mikro, kecil dan menengah ini masih akan membukukan net interest margin yang besar.
Untuk bank skala menengah-kecil, Bahana merekomendasikan beli untuk saham PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) dengan target harga Rp 1.600 per saham. Kehadiran CEO dan valuasi yang murah di bawah 1 kali price to book value menjadi faktor yang menguntungkan.
Bahana pun merekomendasikan saham PT Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN) dengan harga Rp 1.400 per saham. Menurut Bahana, PNBN layak dikoleksi dengan adanya rencana merger dan akuisisi serta rencana divestasi 39% saham ANZ Australia yang ada di Panin Bank.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News