Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Namun, Andy mengatakan pungutan ekspor yang naik berpotensi menurunkan daya saing CPO Indonesia dengan Malaysia. "Harga CPO Indonesia berpotensi lebih mahal dan konsumen cenderung memilih CPO dari Malaysia," kata Andy.
Meski begitu, Meilki memandang sektor CPO masih atraktif bagi para investor. Di sektor ini, Meilki menjagokan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) dan PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP). menurut Meilki kedua saham tersebut memiliki likuiditas saham dan fundamental perusahaan yang lebih baik dibandingkan kompertitor.
Baca Juga: Tarif pungutan ekspor CPO naik, berikut respons AALI dan SMAR
Meilki memproyeksikan AALI masih mampu catatkan pendapatan sebesar Rp 18 triliun dengan laba bersih Rp 536 miliar. Sementara, LSIP berpotensi memperoleh Rp 3,8 triliun untuk pos pendapatan dan laba bersih sebesar Rp 296 miliar.
Senada, Andy menilai harga saham sektor CPO murah dan dia merekomendasikan beli AALI serta LSIP.
Juan juga menilai saham sektor CPO menarik karena kinerja berpotensi lebih baik dibanding tahun lalu. Juan memproyeksikan rata-rata harga jual CPO di tahun ini berpotensi naik double digit. Harga jual berpotensi naik karena persediaan CPO menipis dan produksi sektor ini berpotensi menurun karena masa replanting.
Baca Juga: Terdampak covid-19, realisasi penyaluran B30 turun 15% dari kondisi normal
Juan menjagokan AALI di sektor ini karena memilihi lahan yang paling luas dan tingkat kesuburan yang paling baik diantara kompetitornya. Selain itu, Juan menilai LSIP juga menarik untuk dikoleksi karena memiliki neraca keuangan yang kuat.
Juan merekomendasikan beli AALI dengan target harga Rp 8.000 per saham dan beli LSIP dengan target harga Rp 1.100 per saham. Jumat (5/6), harga saham AALI turun 0,32% ke Rp 7.850 per saham. Sedangkan harga saham LSIP naik 1,31% ke Rp 775 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News