Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) mencatatkan kinerja apik di sepanjang tahun lalu. Raihan laba bersih lebih baik karena efisiensi biaya pengeluaran.
Analis Indo Premier Sekuritas Lukito Supriadi menjelaskan, AMRT mencetak laba bersih sebesar Rp 2,91 triliun pada tahun 2022. Capaian tersebut tumbuh 48,3% year on year (yoy) dan lebih tinggi sekitar 108% di atas estimasi Indo Premier Sekuritas. Sementara pendapatan AMRT sebesar Rp 96,92 triliun sudah sesuai dengan proyeksi.
Performa yang kuat berasal dari leverage operasi yang luar biasa karena pertumbuhan penjualan sebesar 14,2% melampaui total pertumbuhan operational expenditure (opex) sebesar 9,3%. Sementara, marjin laba kotor tetap stabil yang mengakibatkan rasio opex/penjualan menurun dari tahun 2021 yang sebesar 18,6% menjadi 17,8% pada tahun 2022.
Dalam opex, gaji dan depresiasi aset tetap lebih baik dari yang diharapkan. Pertumbuhan fee-based income sebesar 10,5% yoy tercatat lebih lambat dari ekspektasi Indo Premier sebesar 15% yoy. Ini menyebabkan penurunan kontribusinya terhadap keseluruhan laba sebelum pajak dari 23,9% di 2021 menjadi 17,8% di tahun 2022.
Emiten pengelola gerai Alfamart ini menjembatani populasi masyarakat yang tidak memiliki rekening bank ke platform digital dengan biaya tertentu.
Sifat transaksi fee based income AMRT telah berkembang dari sebelumnya menawarkan pembayaran cicilan sepeda motor, pembayaran token listrik, hingga portofolio saat ini yang lebih bercirikan top-up ewallet termasuk pembayaran transaksi marketplace online, dan lain-lain.
Baca Juga: Harga Saham Penghuni IDX High Dividen 20 Stabil, Cermati Rekomendasi Analis
Jasa pembayaran ini berkontribusi mencapai 70%-80% dari total portofolio pendapatan berbasis komisi (fee based income). AMRT diyakini akan terus memainkan peran yang relevan dalam menjembatani populasi masyarakat yang belum terlayani jasa keuangan (unbanked) ataupun underbanked di Indonesia.
Dalam riset tanggal 31 Maret 2023, Lukito memproyeksikan fee-based income AMRT tumbuh pada Compounded annual growth rate (CAGR) atau tingkat pertumbuhan per tahun sebesar 15% untuk tahun 2023-2025, tidak jauh berbeda dengan CAGR tahun 2020-2022 sebesar 17%. Pertumbuhan tersebut bakal didorong oleh ekspansi toko dan pertumbuhan fee income 6,4% per toko.
Upah terkait dengan penyajian kembali liabilitas imbalan kerja turun menjadi Rp 642 miliar di tahun 2022 dari Rp 1,3 triliun pada kuartal ketiga 2022 karena usia yang lebih sempit dari perhitungan akturia.
Lukito mengatakan, pendapatan dan margin kotor AMRT khususnya pada kuartal empat tahun lalu sejalan dengan perkiraan. Laba bersih kuartal IV-2022 tumbuh 60,1% yoy dan melesat 121,9% quartal on quartal (qoq).
Pertumbuhan penjualan terpantau sebesar 14,1% yoy dan 2,2% qoq. Bersamaan dengan hal itu, ekspansi margin laba kotor menjadi 21,0% atau naik dari 20,2% di kuartal sebelumnya.
Indo Premier mengakui posisi kuat AMRT di industri ritel Fast Moving Consumer Good (FMCG) industri. AMRT telah membuktikan dirinya sebagai salah satu dari sedikit pemenang di ruang ritel FMCG.
Pada industri minimarket, pemain lainnya adalah Indomaret. Grup Alfamart telah memperoleh pangsa pasar dalam perdagangan sebanyak 68 kategori produk FMCG Indonesia dari 11,1% di tahun 2017 menjadi 13,5% di tahun 2021.
Dengan target ekspansi ingin memiliki lebih dari 1700 toko lalu diiringi dengan target SSSG sebesar 5%, maka pendapatan AMRT diproyeksikan bisa tumbuh 13,3% di tahun 2023.
Hanya saja, prospek pertumbuhan laba bersih dapat melambat dari adanya normalisasi Same Store Sales Growth (SSSG) atau pertumbuhan rata-rata penjualan di setiap toko karena harga bahan baku sudah kembali normal. Selain itu, pertumbuhan upah yang lebih tinggi turut menjadi tantangan bagi AMRT.
Lukito mempertahankan peringkat hold untuk AMRT dengan target harga tidak berubah sebesar Rp 2.600 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News