kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Simak Rekomendasi Saham PTPP, di Tengah Proyek yang Berjalan Ramai di Tahun 2024


Selasa, 02 Januari 2024 / 20:06 WIB
Simak Rekomendasi Saham PTPP, di Tengah Proyek yang Berjalan Ramai di Tahun 2024
ILUSTRASI. rekomendasi saham PTPP


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. PT PP Tbk (PTPP) diproyeksi tetap mencetak kinerja solid di tahun 2024. Dorongan dari pemerintah untuk segera menyelesaikan Proyek Strategis Nasional (PSN) bakal menjadi pendukung bagi emiten konstruksi pelat merah tersebut.

Analis Mandiri Sekuritas Farah Rahmi Oktaviani dan Adrian Joezer memaparkan, proyek Kalibaru akan menjadi penggerak pendapatan PTPP di tahun 2024. Seperti diketahui, PTPP telah berpartisipasi dalam pengembangan terminal peti kemas baru Tanjung Priok atau disebut Pelabuhan Kalibaru sejak tahun 2012.

Sejauh ini, tahap 1A telah selesai dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 2016. PTPP saat ini sedang mengembangkan tahap 1B dengan lingkup pekerjaan termasuk desain dan pembangunan, dan nilai kontrak sebesar Rp 3,8 triliun.

“Proyek ini (Pelabuhan Kalibaru tahap 1B) diharapkan selesai pada Agustus 2025, dengan sebagian besar pendapatan dibukukan pada tahun 2024,” ungkap Farah dalam riset tanggal 15 Desember 2023.

Farah mengatakan, proyek Pelabuhan Kalibaru akan menjadi salah satu pendorong pendapatan pada tahun 2024. Di samping itu, terdapat 6 proyek berjalan lainnya seperti Pelabuhan Patimban dengan nilai kontrak Rp 823 miliar, proyek Semarang-Demak seksi 1B dengan nilai kontrak Rp 1,2 triliun.

Baca Juga: PTPP Kantongi Kontrak Baru Rp 30,2 Triliun Hingga November 2023

Kemudian, Fasilitas Sisi Udara di IKN dengan nilai kontrak Rp 2,2 triliun, Gedung Kantor BNI Kapuk dengan nilai kontrak Rp 1,2 triliun, Pabrik Peleburan Kolaka dengan nilai kontrak Rp 2,3 triliun, serta Perumahan Pegawai Negeri Sipil di IKN dengan nilai kontrak Rp 1,3 triliun.

Adapun per November 2023, PTPP membukukan pencapaian kontrak baru sebesar Rp 30,2 triliun yang bertumbuh 8% yoy dan telah mencapai sekitar 89% dari target tahun 2023. Sumber pendapatan kontrak baru PTPP terutama didorong oleh proyek-proyek dari pemerintah dengan porsi sekitar 41% dan BUMN sekitar 34%.

Farah bilang, PTPP sendiri memperkirakan pertumbuhan kontrak baru akan cenderung datar sekitar 1%-2% yoy di tahun 2024. Hal tersebut karena tender proyek yang diperkirakan lebih lunak dari BUMN dan swasta selama pemilihan umum (pemilu).

Namun, PTPP meyakini pertumbuhan pendapatan dapat mencapai sebesar 10%-11% YoY karena didorong oleh tingkat  v yang lebih baik dan jumlah pesanan proyek yang lebih memadai. Selain itu, PTPP juga menargetkan pertumbuhan laba bersih double digit sekitar 10%-15% YoY di tahun 2024.

“PTPP cukup optimis terhadap perolehan pendapatan pada tahun 2024. Sebab, adanya langkah pemerintah meminta percepatan proyek, terutama dari 20 Proyek Strategis Nasional yang dijadwalkan selesai pembangunannya pada semester I 2024,” imbuh Farah.

Proyek PSN utama yang masuk dalam buku pesanan PTPP adalah Jalan tol Indrapura-Kisaran senilai Rp 4,0 triliun, proyek smelter Vale senilai Rp 2,6 triliun, serta Jalan Tol Probolinggo-Banyuwangi senilai Rp 4,0 triliun.

Di samping itu, Farah melihat keahlian PTPP dalam mendapatkan proyek berjalan di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. Hingga November 2023, PTPP telah mengantongi proyek sebesar Rp 8,7 triliun dari IKN, dengan tingkat kemenangan tender proyek sebesar 25%.

Secara rinci, sebagian besar proyek IKN itu berasal dari segmen bangunan. PTPP juga mendapatkan kontrak Tol Kariangau-SP Tempadung senilai Rp 700 miliar dan fasilitas sisi udara di bandara VVIP senilai Rp 2,2 triliun.

 

PTPP menargetkan sekitar Rp 10 triliun kontrak baru didapatkan dari proyek IKN. Optimisme tersebut mengingat anggaran IKN dari pemerintah lebih tinggi yaitu Rp 40,6 triliun dan dengan asumsi tingkat kemenangan sebesar 25%.

Farah turut mengamati langkah PTPP yang fokus pada bisnis intinya dengan melakukan langkah divestasi. Seperti diketahui, emiten BUMN Karya tersebut berencana melakukan divestasi aset non inti, khususnya dari anak perusahaan.

PTPP berencana melakukan divestasi sebagian aset pembangkit listrik (PT Inpola Meka Energi dengan kepemilikan 38,7% dan PT Odira Energi Karang Agung dengan kepemilikan 70%) di tahun 2024.

PTPP juga masih berupaya untuk mendivestasi sebagian lahan dan aset segmen propertinya misalnya pada PT PP Properti Tbk (PPRO), di mana opsi yang lebih disukai adalah melakukan dekonsolidasi beberapa aset.

Senior Investment Information Mirae Aset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta menilai, langkah divestasi aset dan potensi peningkatan proyek tentunya diharapkan dapat menjaga kinerja positif PTPP berlanjut di tahun 2024. Hanya saja, efek dari divestasi aset  itu kemungkinan masih membutuhkan waktu.

“Kalau saya lihat apabila PTPP berhasil divestasi aset, maka akan membawa arus kas jauh lebih sehat,” kata Nafan saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (2/1).

Nafan menyebutkan tantangan bagi emiten konstruksi terutama anggota BUMN Karya adalah arus kas negatif. PTPP sendiri dipandang lebih solid berkat Good Corporate Governance (GCG) yang baik dibandingkan rekan-rekannya seperti PT Adhi Karya Tbk (ADHI), PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) ataupun PT Waskita Karya Tbk (WSKT).

Selain itu, faktor pemilu kemungkinan juga cukup berisiko terhadap adanya potensi penundaan proyek karena investor bersikap wait and see selama periode tersebut. Namun, Nafan melihat bahwa pembangunan infrastruktur nampaknya tetap menjadi prioritas oleh pemerintah di tahun 2024.

“Dari ketiga paslon Capres dan Cawapres juga mengemukakan janji politik yang berfokus pada Proyek Strategis Nasional,” tutur Nafan.

Baca Juga: PTPP Targetkan Kenaikan Pendapatan hingga 10% pada Tahun Depan

Analis Binaartha Sekuritas Revita Dhiah Anggrainy dalam riset 4 Desember 2023 menyebutkan, PTPP sudah membukukan laba bersih Rp 239 miliar selama periode Januari – September 2023. Angka itu naik 70% YoY dan juga melesat sekitar 130% QoQ pada kuartal III-2023.

PTPP masih mampu mengantongi laba bersih saat terjadinya penurunan pendapatan usaha menjadi sebesar Rp 12,22 triliun per September 2023. Jumlah ini melemah sekitar 9,18%yoy dibandingkan posisi bulan September tahun 2022.

Revita mencermati, sebagian besar pendapatan disumbangkan oleh PTPP sebagai perusahaan induk. Sedangkan sisanya sebesar berasal dari anak perusahaan yakni PPRE, PPUB, PPRO, serta PPSD. Sementara itu, peningkatan laba bersih PTPP didukung oleh biaya keuangan yang lebih rendah dan peningkatan laba dari usaha patungan.

Berdasarkan performa hingga kuartal ketiga 2023, emiten konstruksi itu memperoleh fasilitas utang baru melalui pinjaman bank jangka pendek dan pinjaman bank jangka panjang, serta fasilitas kredit untuk perusahaan dan anak perusahaannya. Namun, Binaartha Sekuritas menargetkan rasio utang terhadap ekuitas (debt to equity ratio) PTPP sebesar 1,3x di tahun 2023-2024.

Revita merekomendasikan beli untuk PTPP dengan mempertahankan target harga di Rp 1.005 per saham. Kalau Farah merekomendasikan buy dengan target harga lebih rendah untuk PTPP sebesar Rp 700 per saham.

Sementara itu, Nafan menyarankan Accumulate untuk PTPP dengan target harga sebesar RP 500 per saham. Di perdagangan Selasa (2/1), PTPP ditutup pada posisi harga Rp 450 per saham.

Selanjutnya: Kenaikan Kredit Bermasalah UMKM Berlanjut, Bank Optimistis Bisa Jaga Rasio NPL

Menarik Dibaca: Aksi Pelestarian Lingkungan, Ekomarin Soroti Pembuangan Limbah Nuklir

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×