Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten semen, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) di bawah ekspektasi untuk kuartal I-2025. Meski begitu, prospek INTP dipandang tetap tangguh.
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Miftahul Khaer menuturkan bahwa ada penurunan volume penjualan INTP hingga April 2025.
"Namun, INTP tergolong defensif, terbukti penurunan volumenya lebih kecil dibanding rata-rata industri," ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (11/6).
Oleh sebab itu, pula Mifta memperkirakan kinerja INTP di 2025 akan stagnan, mengingat minimnya permintaan, kondisi kelebihan pasokan, serta outlook yang masih kurang suportif. Hal-hal itu, juga merupakan dampak efisiensi anggaran pemerintah.
Baca Juga: Indocement (INTP) Teken Kerja Sama Jasa dengan Heidelberg Materials
Hal itu, kata Mifta membuat beberapa proyek strategis, termasuk infrastruktur besar seperti IKN, berjalan lebih lambat dari ekspektasi. Kondisi itu tentu berpengaruh ke permintaan semen.
"Jadi, untuk sementara, kami melihat permintaan masih cukup lemah, terutama dari sektor pemerintah," terangnya.
Meski begitu ada sedikit harapan pada permintaan dari sektor swasta, terutama properti dan industri, masih bisa mendorong volume penjualan. Ditambah lagi, jika ada percepatan proyek IKN di semester kedua nanti, ini bisa jadi katalis positif.
Analis OCBC Sekuritas Budi Rustanto juga memperkirakan, pemulihan akan terjadi walaupun akan terbatas. Ini seiring berjalannya proyek strategis nasional, insentif pemerintah, dan efisiensi operasional yang terus dioptimalkan.
OCBC Sekuritas juga mempertahankan proyeksi pertumbuhan konsumsi semen domestik sebesar 1% di tahun ini. Hal itu didukung program rumah rakyat 3 juta unit, diskon PPN untuk pembelian rumah, potensi penurunan suku bunga, dan lanjutan pembangunan infrastruktur seperti LRT, MRT, dan jalan tol.
"Dari sisi ekspor, permintaan yang kuat dan harga jual yang lebih baik membuat INTP mengandalkan suplai klinker dari pabrik Tarjun untuk mendukung ekspansi pasar luar negeri," katanya.
Sementara itu, INTP juga disebut tetap fokus pada strategi kepemimpinan biaya dengan meningkatkan penggunaan bahan bakar alternatif seperti RDF dan biomassa.
Target penggunaan bahan bakar alternatif ditingkatkan dari 25,7% pada kuartal I 2025 menjadi 42% di 2030. Fasilitas biomassa di pabrik Grobogan direncanakan beroperasi pada kuartal III 2025.
Selain itu, INTP juga melakukan inovasi produk seperti semen ramah lingkungan (green cement) dan mengembangkan solar panel di fasilitas pabrik sebagai bagian dari transisi energi berkelanjutan.
OCBC Sekuritas mempertahankan rekomendasi buy untuk saham INTP dengan target harga Rp 6.100 per saham
"Prospek INTP ditopang oleh kombinasi pelonggaran kebijakan moneter, stimulus fiskal, strategi efisiensi berkelanjutan, dan neraca keuangan yang kuat," papar Budi.
Sementara Mifta menyarankan wait and see seiring risiko yang tetap ada, seperti volatilitas kurs dan harga energi yang tinggi.
Adapun analis Panin Sekuritas, Aqil Triyadi mempertahankan hold INTP dengan target harga Rp 5.500. "Rencana buyback perseroan berpotensi mendorong penguatan harga," tutupnya.
Selanjutnya: WIKA Kembali Dipercaya Tingkatkan Konektivitas Kawasan Inti Pusat Pemerintahan IKN
Menarik Dibaca: Liburan Sekolah, Hotel di Batam Hadirkan Kamar dengan Desain Karakter Anak
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News