Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Sebenarnya, INTP sudah mengambil ancang-ancang untuk menghadapi pengenaan pajak karbon dan mengurangi ketergantungan terhadap batubara. Marcos mengatakan, INTP telah menggunakan sejumlah bahan bakar alternatif seperti pemakaian ban bekas, sekam padi, hingga sludge oil.
Marcos menyebut, persentase pemakaian bahan bakar alternatif terus meningkat dari tahun ke tahun. Di satu sisi, saat ini INTP sedang dalam tahap pembangunan fasilitas pengolahan limbah menjadi listrik atau refuse derived fuel (RDF) di Nambo, Jawa Barat. Saat proyek besar Nambo selesai , Marcos menyebut akan menjadi katalis positif bagi INTP, dimana pemakaian RDF dari Nambo akan mengurangi pemakaian batubara.
Chandra menilai penggunaan bahan bakar alternatif tersebut memang cukup positif, namun dampaknya cukup terbatas. “RDF itu alternatif bukan substitusi, sehingga ada batasnya untuk menggantikan batubara. Tentu penggunaan RDF akan membantu, tetapi tidak bisa menggantikan (batubara),” pungkas dia.
Baca Juga: Pemerintah tetapkan harga batubara untuk semen dan pupuk US$ 90 per ton
Rekomendasi saham
Chandra masih mempertahankan sikap netral terhadap emiten semen. Chandra menilai, saat ini emiten semen tidak terlalu atraktif. Industri semen masih dibayangi kondisi kelebihan pasokan (oversupply) yang membatasi kemampuan emiten untuk menaikkan harga jual akibat kenaikan biaya bahan bakar.
Sementara Andreas merekomendasikan beli saham PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) dengan target harga Rp 10.800 per saham dari sebelumnya Rp 11.900 per saham.
Kenaikan harga batubara beberapa bulan terakhir kemungkinan besar akan menurunkan profitabilitas SMGR di kuartal keempat. Hal ini mengingat kontrak pembelian batubara dilakukan secara kuartalan.
Namun, menurut Andreas, harga batubara tentu tidak akan terus naik. Pemerintah China juga berencana untuk memasang cap pada harga batubara. Apabila harga batubara turun tentunya akan menjadi prospek bagus untuk emiten semen di tahun depan.
Untuk sisi pendapatan, Henan Putihrai Sekuritas memprediksi emiten pelat merah ini tidak akan mengalami kenaikan pendapatan yang signifikan di akhir tahun. Walaupun volume penjualan mengalami kenaikan, harga jual rata-rata atau average selling price (ASP) masih dipertahankan di level rendah sampai bulan September 2021.
Baca Juga: DMO batubara berlaku, kinerja positif Indocement (INTP) diproyeksikan berlanjut
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News