kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Simak rekomendasi saham emiten semen di tengah sentimen pajak karbon dan DMO batubara


Kamis, 11 November 2021 / 12:24 WIB
Simak rekomendasi saham emiten semen di tengah sentimen pajak karbon dan DMO batubara
ILUSTRASI. Kenaikan harga batubara menjadi beban tersendiri bagi emiten semen.


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

Sebenarnya, INTP sudah mengambil ancang-ancang untuk menghadapi pengenaan pajak karbon dan mengurangi ketergantungan terhadap batubara. Marcos mengatakan, INTP telah menggunakan sejumlah bahan bakar alternatif seperti pemakaian ban bekas, sekam padi, hingga sludge oil.

Marcos menyebut, persentase pemakaian bahan bakar alternatif terus meningkat dari tahun ke tahun. Di satu sisi, saat ini INTP sedang dalam tahap pembangunan fasilitas pengolahan limbah menjadi listrik atau refuse derived fuel (RDF) di Nambo, Jawa Barat.  Saat proyek besar Nambo selesai , Marcos menyebut akan menjadi katalis positif bagi INTP, dimana pemakaian RDF dari Nambo akan mengurangi pemakaian batubara.

Chandra menilai penggunaan bahan bakar alternatif tersebut memang cukup positif, namun dampaknya cukup terbatas. “RDF itu alternatif bukan substitusi, sehingga ada batasnya untuk menggantikan batubara. Tentu penggunaan RDF akan membantu, tetapi tidak bisa menggantikan (batubara),” pungkas dia.

Baca Juga: Pemerintah tetapkan harga batubara untuk semen dan pupuk US$ 90 per ton

Rekomendasi saham

Chandra masih mempertahankan sikap netral terhadap emiten semen. Chandra menilai, saat ini emiten semen tidak terlalu atraktif. Industri semen masih dibayangi kondisi kelebihan pasokan (oversupply) yang membatasi kemampuan emiten untuk menaikkan harga jual akibat kenaikan biaya bahan bakar.

Sementara Andreas merekomendasikan beli saham PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) dengan target harga Rp 10.800 per saham dari sebelumnya Rp 11.900 per saham.

Kenaikan harga batubara beberapa bulan terakhir kemungkinan besar akan menurunkan profitabilitas SMGR di kuartal keempat. Hal ini mengingat kontrak pembelian batubara dilakukan secara kuartalan.

Namun, menurut Andreas, harga batubara tentu tidak akan terus naik. Pemerintah China juga berencana untuk memasang cap  pada harga batubara. Apabila harga batubara turun tentunya akan menjadi prospek bagus untuk emiten semen di tahun depan.

Untuk sisi pendapatan, Henan Putihrai Sekuritas memprediksi emiten pelat merah ini tidak akan mengalami kenaikan pendapatan yang signifikan di akhir tahun. Walaupun volume penjualan mengalami kenaikan, harga jual rata-rata atau average selling price (ASP) masih dipertahankan di level rendah sampai bulan September 2021.

Baca Juga: DMO batubara berlaku, kinerja positif Indocement (INTP) diproyeksikan berlanjut

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×