kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Simak Rekomendasi Saham CPIN, JPFA dan MAIN di Tengah Fenomena La Nina


Senin, 30 September 2024 / 05:19 WIB
Simak Rekomendasi Saham CPIN, JPFA dan MAIN di Tengah Fenomena La Nina
ILUSTRASI. rekomendasi saham emiten poultry di tengah potensi adanya La Nina


Reporter: Rashif Usman | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten poultry atau unggas tampaknya bakal tersengat sentimen negatif dari fenomena La Nina. Pasalnya, fenomena ini menyebabkan harga bahan baku pakan ternak seperti jagung mengalami kenaikan dan pada akhirnya meningkatkan biaya produksi bagi perusahaan unggas.

Founder Stocknow.id Hendra Wardana melihat kondisi La Nina akan memberikan dampak signifikan terhadap kinerja emiten poultry, terutama terkait kenaikan harga bahan baku pakan ternak seperti jagung. 

Hendra menerangkan penurunan produksi jagung akibat curah hujan yang tinggi berpotensi meningkatkan biaya produksi bagi perusahaan poultry, karena lebih dari 50% biaya operasional perusahaan berasal dari pakan ternak. Dirinya menilai dalam jangka pendek hingga menengah, tekanan terhadap margin keuntungan emiten poultry akan meningkat. 

"Emiten yang tidak memiliki strategi hedging atau diversifikasi bahan baku yang baik akan lebih merasakan dampak negatif ini. Namun, di sisi lain, tren penurunan suku bunga memberikan harapan peningkatan daya beli masyarakat, yang dapat membantu mendongkrak permintaan produk unggas," kata Hendra kepada Kontan, Jumat (27/9).

Untuk mengantisipasi kenaikan harga bahan baku, Hendra menyarankan strategi yang perlu dilakukan emiten unggas ialah efisiensi biaya produksi melalui diversifikasi pemasok bahan baku dan penggunaan teknologi pertanian yang lebih modern. Emiten juga perlu memperkuat manajemen persediaan untuk meminimalkan risiko fluktuasi harga jagung. 

Baca Juga: Japfa dan IFSR Estimasikan Program Makanan Bergizi Butuh Biaya Rp 1,1 M per Bulan

Emiten seperti PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) dan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) dianggap lebih tangguh dalam menghadapi fenomena ini. JPFA, misalnya, memiliki skala ekonomi yang besar serta akses pasar yang luas, sedangkan CPIN dikenal dengan efisiensi operasional yang tinggi. 

Menurut Hendra, kedua emiten ini diperkirakan mampu mempertahankan margin keuntungan meskipun terjadi kenaikan harga bahan baku.

Sementara bagi investor, penting untuk mengamati emiten yang memiliki fleksibilitas dalam manajemen biaya dan mampu menjaga stabilitas margin keuntungan. 

Riset dari Samuel Sekuritas mengungkapkan harga jagung domestik pada September 2024 naik tipis 2,3% secara bulanan, terutama disebabkan oleh curah hujan sedang di luar Jawa, yang dapat memengaruhi hasil panen.

Riset tersebut mengantisipasi kenaikan harga bahan baku lebih lanjut didorong oleh musim hujan dan potensi efek La Nina. Kendati begitu, saham seperti JPFA dan PT Malindo Feedmill Tbk (MAIN) dinilai memiliki valuasi paling menarik, termasuk adanya sentimen positif dari kebijakan pemerintah soal makan bergizi gratis.

Hendra merekomendasikan buy on weakness saham JPFA di harga Rp 1.285 dengan target harga Rp 1.665. Sementara itu, ia juga merekomendasikan buy on weakness untuk saham CPIN di harga Rp 4.760 dengan target harga Rp 5.325.

 

Samuel Sekuritas merekomendasikan buy untuk saham CPIN dan JPFA dengan target harga masing-masing Rp 5.900 dan Rp 1.910, serta hold saham MAIN di target harga Rp 685.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×