Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga ayam pedaging naik pada Juni menjadi Rp 20.100 per kg. Naik 9,5% dari bulan sebelumnya dan menguat 15,0% secara year on year (yoy). Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Emma A. Fauni mengatakan, kenaikan harga ini didukung oleh permintaan ayam yang kuat ditambah dengan harga bahan baku yang masih tinggi.
Memasuki Juli, harga naik lebih tinggi ke harga Rp 22,6 per kg. Sementara itu, harga day old chick (DOC) berada di Rp 3.900 per ekor atau naik 60,2% secara bulanan, tapi nilai tersebut masih melemah 39,6% yoy. Tren tersebut membawa harga rata-rata DOC di kuartal kedua tahun ini ke Rp 3.400 per ekor atau turun 49,9% yoy.
Ia bilang harga DOC yang rendah dengan harga pakan yang terus tinggi, membuat peternak mengerem produksi ayam di tengah harga broiler yang kuat. Sebagai catatan, pakan menyumbang sekitar 70% dari biaya produksi petani kecil.
Baca Juga: Emiten Bersiap Mengantisipasi Pelemahan Rupiah
Di lain sisi, Emma mengungkapkan, potensi ekspor ayam ke Singapura menjadi sentimen positif untuk emiten pakan ternak Indonesia. Tiga fasilitas di Indonesia telah memperoleh izin ekspor, dimana yang dua di antaranya miliki PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) dan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA).
Konsumsi ayam di Singapura pada tahun 2021 mencapai 204.000 ton yang sepenuhnya diimpor. Sebelum larangan ekspor ayam, Malaysia melayani sepertiga dari konsumsi ayam tahunan Singapura, menempatkan negara itu sebagai pengekspor terbesar kedua. Dengan demikian, tidak adanya pasokan Malaysia membuat pasokan kekurangan sekitar 69.000 ton per tahun atau 5.800 ton per bulan.
Di samping itu, Indonesia mengalami surplus produksi ayam.
"Menurut perkiraan kami, kekurangan pasokan ayam Singapura seharusnya sama dengan 3,6% dari kelebihan pasokan Indonesia," ujarnya dalam riset yang dikutip Kontan, Kamis (21/7).
Dibukanya keran ekspor ke Singapura merupakan sentimen positif bagi sektor ini karena membuka jalan bagi Indonesia untuk menjajaki pasar ekspor baru.
Namun, Emma melihat, kekurangan ayam Singapura karena tak adanya pasokan Malaysia tidak signifikan terhadap produksi tahunan dan kelebihan pasokan Indonesia. Sehingga, dampaknya terhadap penjualan ekspor ayam Indonesia masih minim.
Baca Juga: Emiten Poultry Mengail Peluang dari Pasar Ekspor Singapura
Dengan adanya izin ekspor ke Singapura, Emma menilai CPIN dan JPFA berada di barisan terdepan untuk menangkap peluang tersebut. Selain itu, Emma percaya CPIN dan JPFA juga memiliki keunggulan kompetitif yang lebih baik dibandingkan pemain domestik lainnya karena keduanya memiliki afiliasi yang mapan di Singapura dan dapat membantu mempercepat distribusi serta penetrasi pasar di Singapura.
Emma mempertahankan rekomendasi netral untuk sektor poultry. Ia memberikan rekomendasi buy saham JPFA dengan TP di Rp 2.000 per saham, hold saham CPIN dengan target harga di Rp 5.700 per saham, sementara sell untuk saham MAIN dengan target harga di Rp 280 per saham, dan trading buy untuk saham WMUU dengan target harga di Rp 160 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News