kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ451.000,06   6,46   0.65%
  • EMAS1.199.000 0,50%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Simak rekomendasi analis untuk emiten pembagi dividen pada pekan ini


Senin, 20 Mei 2019 / 17:46 WIB
Simak rekomendasi analis untuk emiten pembagi dividen pada pekan ini


Reporter: Aloysius Brama | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Akhir-akhir ini merupakan waktu yang sangat dinantikan oleh para investor pasar saham. Bagaimana tidak, emiten-emiten yang melantai di bursa saham sedang ramai-ramai membagikan dividen kepada investornya.

Bila mengacu pada RTI, pada pekan ini saja ada beberapa perusahaan yang mengagendakan tanggal cumdate dividen. Sebutlah emiten perbankan plat merah seperti PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI, anggota indeks Kompas100) dan PT Bank Mandiri Indonesia (BMRI, anggota indeks Kompas100). 

Beberapa emiten ritel seperti PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES, anggota indeks Kompas100), PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI, anggota indeks Kompas100) dan PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) juga akan membagikan dividennya pada pekan ini.

Nama-nama itu belum juga menyebut emiten lain seperti PT Mark Dinamyics Tbk (MARK), PT Indo Korsda Tbk (BRAM), PT Tembaga Mulia Semanan Tbk (TBMS) , PT Indo Acidtama Tbk (SRSN), PT Soechi Lines Tbk (SOCI), PT Indopoly Swakarsa Industry Tbk (IPOL), dan juga PT Pudjiadi Prestige Tbk (PUDP).

Jumlah dividennya pun beragam. Yang menarik, tak sedikit dividen dari emiten-emiten tersebut bernominal kecil. PUDP dan SRSN misalnya ‘hanya’ membagikan dividen sebesar Rp 1 per saham. Jumlah tersebut sama dengan 16,67% dari total laba PUDP dan 11,11% dari total laba bersih SRSN.

Lalu ada pula SOCI yang membagikan dividen sebesar Rp 2 kepada para investornya. Total jumlah dividen yang dibagikan kepada para investor sekitar 4% dari labanya pada tahun 2018 lalu.

Berbeda pula dengan IPOL. Perusahaan itu membagikan dividen sebesar Rp 3. Jumlah itu sama dengan 30% dari total laba perusahaan pada tahun 2018. Sedangkan AMRT membagikan dividen sebesar Rp 2,64 kepada para investornya. Bila ditotal, persentase dividen tersebut sekitar 32,84% dari total laba.

Atau coba tilik MARK. Meskipun termasuk mini, namun nominal dividen yang akan dibagikan lebih tinggi daripada emiten lain yang sudah disebutkan. MARK membagikan dividen sebesar Rp 7 kepada para investornya. Dengan nominal tersebut, MARK mengalokasikan sekitar 5,83% dari labanya menjadi dividen.

Dividend yield emiten tersebut pun bermacam-macam. PUDP dan SRSN misalnya memiliki rasio yield dividen sebesar 0,27% dan 1, 52%. Sedangkan emiten MARK memiliki dividend yield 0, 28%. SOCI memiliki dividend yield sebesar 1, 03%. Lalu ada pula AMRT yang memiliki dividend yield sebesar 0,67%. Sedangkan untuk dividend yield terbesar adalah IPOL dengan rasio sebesar 2,94%.

Lantas apakah saham serta dividen tersebut menarik untuk diburu? Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana mengatakan, menarik atau tidaknya dividen bukan hanya dilihat dari nominal yang akan dibagikan.

Menurutnya ada hal lain yang tak kalah penting dari jumlah dividen yang akan dibagikan yakni kinerja dari perusahaan itu sendiri. “Karena emiten yang membagikan dividen dengan jumlah besar pun belum tentu menarik untuk dibeli sahamnya. Lihat juga bagaimana dengan kinerja perusahaannya,” kata Herditya ketika dihubungi Kontan.co.id, (20/5).

Dari data yang dihimpun oleh Kontan.co.id, emiten-emiten pembagi dividen mini itu memiliki kinerja keuangan yang menarik. Setidaknya bila dibandingkan dengan kuartal I tahun lalu, ada pertumbuhan positif yang diperoleh dari emiten-emiten tersebut.

PUDP misalnya mencatat pendapatan sebesar Rp 15 miliar selama triwulan pertama 2019. Jumlah tersebut naik dari kuartal I 2018 dimana perusahaan hanya mencatat pendapatan sebesar Rp 13,2 miliar.

Pun dengan laba perusahaan. Masih mencatatkan kerugian pada kuartal I tahun lalu sebesar Rp 7,8 miliar, pada kuartal I tahun ini perusahaan sudah berhasil meraup laba. Meski harus diakui jumlah laba yang diperoleh juga masih kecil yakni sebesar Rp 503, 38 juta.

Atau coba tilik kinerja SRSN. Meraih pendapatan sebesar Rp 144, 32 miliar pada kuartal I tahun lalu, pada periode yang sama di tahun ini, perusahaan tersebut meraih pendapatan sebesar Rp 175, 14 miliar.

Hal itu dibarengi juga dengan pertumbuhan laba perusahaan yang cukup signifikan. SRSN tercatat meraih laba sebesar Rp 13, 48 miliar selama kuartal I tahun ini. Pada tahun lalu, laba perusahaan mencapai Rp 8, 31 miliar dalam periode yang sama.

MARK meraih pertumbuhan pendapatan tipis sebesar Rp 88,06 miliar pada tahun ini bila dibandingkan tahun lalu. Tercatat, pada kuartal I tahun lalu, pendapatan perusahaan sebesar Rp 78, 47 miliar. Laba perusahaan juga terlihat mengalami pertumbuhan menjadi Rp 23, 04 miliar setelah pada kuartal I tahun lalu, laba perusahaan hanya mencapai Rp 18, 04 miliar.

Emiten SOCI juga mengalami pertumbuhan kinerja. Dari segi pendapatan, SOCI mengalami pertumbuhan dari US$ 28,59 juta pada tahun lalu menjadi US$ 40,29 selama triwulan pertama tahun ini. 

Laba perusahaan juga mengalami kenaikan yang tak bisa dibilang kecil. Pada kuartal I tahun lalu, laba perusahaan hanya tercatat sebesar US$ 1,33 juta. Sedangkan pada periode yang sama di tahun ini, laba perusahaan tercatat sebesar US$ 6, 16 juta.

Kenaikan pendapatan dalam jumlah tipis juga dapat kita amati pada emiten IPOL. Selama kuartal I tahun 2018, pendapatan IPOL sendiri sebesar US$ 50,29 juta. Sedangkan di tahun ini, pendapatan IPOL mencapai US$ 51, 62 juta. Laba IPOL juga mengalami kenaikan tipis sebesar 8% dari US$ 1,02 juta pada kuartal I tahun lalu menjadi US$ 1,11 juta pada tahun ini.

Sedangkan jumlah pendapatan emiten ritel AMRT mengalami kenaikan dari Rp 14,67 triliun pada kuartal I tahun lalu menjadi Rp 16,71 triliun pada rentang waktu yang sama di tahun ini. 

Dari segi laba, perusahaan ini mengalami pertumbuhan yang signifikan yaitu mencapai 67%. Pada tahun lalu, laba AMRT tercatat hanya sebesar Rp 120, 70 miliar. Sedangkan pada periode yang sama di tahun ini, laba perusahaan itu tercatat mencapai Rp 201, 70 miliar.

Berkaca dari kinerja tersebut, analis Oso Sekuritas Sukarno Alatas menyebut saham dari emiten-emiten tersebut memang relatif lebih cocok untuk dikoleksi dalam jangka waktu menengah hingga jangka waktu lama. Para investor cenderung bisa mengandalkan capital gain dari kinerja keuangan emiten-emiten tersebut.

Selain itu, likuiditas juga menjadi alasan Sukarno mengapa saham-saham tersebut kurang menarik untuk diperjual-belikan dalam jangka waktu pendek. “Pergerakan emiten-emiten tersebut cenderung flat, jadi agak riskan untuk menduga arah pergerakannya,” jelas Sukarno.

Hal itu belum juga menimbang kecenderungan penurunan harga saham setelah tanggal ex-date. “Bahkan (penurunannya) bisa menyamai persentase dividend yield emiten tersebut, atau lebih. Agak riskan buat para investor dengan tipikal trader,” kata Sukarno, Senin (20/5).

Senada dengan Sukarno, Herditya juga menambahkan bahwasanya ada baiknya bila para investor lebih menimbang saham-saham dengan likuiditas yang baik. “Risiko sama-sama ada, terlebih pada kondisi market yang mengalami tekanan seperti saat ini,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Storytelling with Data (Data to Visual Story) Mastering Corporate Financial Planning & Analysis

[X]
×