kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Simak rekomendasi analis untuk 10 saham dengan net sell asing terbesar


Kamis, 22 Oktober 2020 / 06:30 WIB
Simak rekomendasi analis untuk 10 saham dengan net sell asing terbesar


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investor asing masih terus keluar dari pasar saham Indonesia. Berdasarkan data RTI, dalam sebulan ke belakang hingga Rabu (21/10), net sell asing di seluruh pasar adalah sebesar Rp 12,17 triliun, sementara akumulasi sepanjang 2020 mencapai Rp 53,03 triliun.

Saham yang mencatatkan net sell asing terbesar sebulan terakhir adalah PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), yakni Rp 1,5 triliun. Disusul PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Rp 948,3 miliar, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) 284,7 miliar, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) Rp 240,3 miliar, dan PT United Tractors Tbk (UNTR) Rp 228,9 miliar.

Lalu, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Rp 223 miliar, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Rp 187,4 miliar, PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) Rp 178,4 miliar, PT Gudang Garam Tbk (GGRM) Rp 131,3 miliar, dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) Rp 127,6 miliar.

Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Okie Ardiastama mengatakan, 10 saham ini bertengger dalam foreign net sell terbesar karena kepemilikan asing pada saham-saham tersebut memang cukup mendominasi. 

Baca Juga: IHSG diprediksi flat, simak empat saham rekomendasi Samuel Sekuritas

Sementara aksi jual investor asing yang melanda saham tersebut merupakan bagian dari pengelolaan portofolio investasi.

"Saat ini investor asing cenderung mengurangi bobot kepemilikan pada saham di Indonesia," ucap Okie saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (21/10). 

Menurut dia, banyak faktor yang menyebabkan hal ini terjadi. Pertama, adanya potensi perlambatan pada kinerja keuangan emiten kuartal III-2020 secara year on year sehingga nantinya bakal mempengaruhi valuasi perusahaan. 

Kedua, pertumbuhan ekonomi pada triwulan ketiga ini diprediksi negatif. Ketiga, investor asing juga mempertimbangkan seberapa besar realisasi penyerapan dana program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) hingga akhir tahun nanti.

Menurut Okie, secara valuasi, sebagian kecil emiten yang masuk dalam 10 besar tersebut masih diperdagangkan pada harga yang cukup mahal. Contohnya, BBCA yang saat ini berada pada 4,11 kali price to book value (PBV) dan SMGR yang saat ini diperdagangkan dengan price earning ratio (PER) 23,49 kali .

"Dengan begitu, potensi investor asing untuk mengurangi kepemilikan portofolio pada dua saham ini masih cukup besar," ungkap Okie. 

Di sisi lain, sebagian besar saham emiten masih berada pada valuasi yang menarik, seperti BMRI, BBRI, BBNI, ADRO, UNTR, ICBP, dan TLKM.

Kemudian, melihat dari segi prospek sektornya, kualitas kredit emiten perbankan masih menjadi perhatian ke depannya seiring masih adanya tekanan pada industri riil akibat pandemi. 
Oleh karena itu, Okie menyarankan hold BBCA dengan target harga Rp 31.250 per saham, hold BMRI di harga Rp 5.800, hold BBRI di harga Rp 3.320, dan hold BBNI di harga Rp 5.350 per saham.

Baca Juga: Saham big cap: IHSG merah, ASII menguat 3 hari, TLKM turun 4 hari

Di sisi lain, industri komoditas khususnya batubara sudah mulai menarik seiring membaiknya permintaan batubara dunia. Hal itu tercermin dari harga batubara acuan yang mulai naik dan saat ini berada pada level US$ 57,80 per metric ton.

"Kondisi ini dinilai dapat berdampak pada meningkatnya permintaan terhadap energi sehingga menjelang akhir tahun diharapkan harga batubara dapat lebih stabil," tutur Okie. 

Ia pun merekomendasikan buy ADRO dengan target harga Rp 1.350.

Ia juga menilai, saham ICBP masih menarik karena tergolong cukup defensif. Di sisi lain, valuasi ICBP saat ini sudah berada di bawah rata-rata industrinya.

Alhasil, penurunan yang terjadi pada ICBP dapat menjadikan peluang bagi investor jangka panjang untuk melakukan akumulasi beli. Okie merekomendasikan buy ICBP dengan target harga Rp 10.700 saham.

Okie juga merekomendasikan buy TLKM dengan target harga Rp 3.200 per saham. Sementara untuk GGRM, saat ini, ia lebih memilih wait and see seiring belum ada kepastian terkait besaran kenaikan tarif cukai untuk 2021.

Selanjutnya: Pembeli saham BRIS (BRI Syariah) setahun lalu cuan 273%, selamat!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×