Reporter: Nur Qolbi | Editor: Herlina Kartika Dewi
"Dengan begitu, potensi investor asing untuk mengurangi kepemilikan portofolio pada dua saham ini masih cukup besar," ungkap Okie.
Di sisi lain, sebagian besar saham emiten masih berada pada valuasi yang menarik, seperti BMRI, BBRI, BBNI, ADRO, UNTR, ICBP, dan TLKM.
Kemudian, melihat dari segi prospek sektornya, kualitas kredit emiten perbankan masih menjadi perhatian ke depannya seiring masih adanya tekanan pada industri riil akibat pandemi.
Oleh karena itu, Okie menyarankan hold BBCA dengan target harga Rp 31.250 per saham, hold BMRI di harga Rp 5.800, hold BBRI di harga Rp 3.320, dan hold BBNI di harga Rp 5.350 per saham.
Baca Juga: Saham big cap: IHSG merah, ASII menguat 3 hari, TLKM turun 4 hari
Di sisi lain, industri komoditas khususnya batubara sudah mulai menarik seiring membaiknya permintaan batubara dunia. Hal itu tercermin dari harga batubara acuan yang mulai naik dan saat ini berada pada level US$ 57,80 per metric ton.
"Kondisi ini dinilai dapat berdampak pada meningkatnya permintaan terhadap energi sehingga menjelang akhir tahun diharapkan harga batubara dapat lebih stabil," tutur Okie.
Ia pun merekomendasikan buy ADRO dengan target harga Rp 1.350.
Ia juga menilai, saham ICBP masih menarik karena tergolong cukup defensif. Di sisi lain, valuasi ICBP saat ini sudah berada di bawah rata-rata industrinya.
Alhasil, penurunan yang terjadi pada ICBP dapat menjadikan peluang bagi investor jangka panjang untuk melakukan akumulasi beli. Okie merekomendasikan buy ICBP dengan target harga Rp 10.700 saham.
Okie juga merekomendasikan buy TLKM dengan target harga Rp 3.200 per saham. Sementara untuk GGRM, saat ini, ia lebih memilih wait and see seiring belum ada kepastian terkait besaran kenaikan tarif cukai untuk 2021.
Selanjutnya: Pembeli saham BRIS (BRI Syariah) setahun lalu cuan 273%, selamat!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News