Reporter: Krisantus de Rosari Binsasi | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja saham sejumlah emiten penghuni KOMPAS 100 bakal variatif di tahun 2019 ini. Seiring dengan perubahan tren di mana suku bunga tetap dan dapat turun karena inflasi rendah, maka sektor keuangan dapat menjadi primadona, disusul oleh sektor konsumsi yang di dorong oleh kampanye pemilu.
"Adapun sektor komoditas pertanian termasuk CPO diperkirakan masih terus tertekan," ujar Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana kepada kontan.co.id, Kamis (4/4).
Sebagai perbandingan, Wawan bilang kinerja emiten KOMPAS100 sepanjang 2018 lalu turun 6,3% di tahun 2018. "Kinerja ini lebih rendah dari IHSG yang turun 2,5%," tambah dia.
Menurut Wawan, sektor terbaik di sepanjang 2018 ada di industri dasar, sedangkan sektor yang terburuk ada di pertanian.
"Sektor yang naik di industri dasar antara lain dari pakan ternak dan semen karena perbaikan harga. Sedangkan pada sektor pertaian harga CPO 2018 cenderung turun terutama akibat isu pelarangan penggunaan CPO di Eropa," lanjut dia.
Lalu soal rata-rata pertumbuhan kinerja baik dari sisi pendapatan dan laba bersih emiten KOMPAS 100 sepanjang 2018, ia bilang di tahun lalu secara rata-rata emiten KOMPAS 100 mengalami kenaikan. "Rata-rata pendapatan naik 12% dan laba bersih naik 14%," imbuhnya.
Dari sisi saham, Wawan bilang dari sejumlah saham anggota KOMPAS 100 yang membukukan kenaikan harga tertinggi di 2018 adalah TKIM, anggota indeks Kompas100 ini, ERAA, anggota indeks Kompas100 ini, dan IMAS, anggota indeks Kompas100 ini.
Khusus untuk TKIM, ia mengungkapkan bahwa kenaikannya disebabkan karena sebagian besar ekspor TKIM diuntungkan dengan penguatan kurs dollar, sedangkan untuk tahun 2019 karena kurs rupiah mulai menguat maka harganya cenderung stagnan.
"Namun demikian, TKIM masih ditargetkan dapat menuju level Rp 12.500 hingga akhir tahun 2019," ungkapnya.
Analis Panin Sekuritas William Hartanto juga ikut berpendapat bahwa selama setahun kinerja indeks KOMPAS 100 menurun.
"Secara sektoral ya turun variatif. Ada dari batubara lalu retailers termasuk saham LPPF. Hampir merata, tapi tak ada yang secara khusus menjatuhkan IHSG karena memang 2018 pasar sempat koreksi," ujarnya, Rabu (3/4) lalu.
Sementara untuk tahun 2019 ini, ia meramalkan bahwa kinerja indeks KOMPAS 100 bisa bertumbuh. Akan bertumbuh, penopangnya dari kinerja emiten.
“Setahun kemarin saja bisa survive, tahun ini hambatannya kecil, jadi bisa lebih baik lagi. Sektor properti bakal rebound, yang masih menurun dari sektor consumer," lanjut William.
Dari sisi saham, ia merekomendasikan untuk koleksi saham ACES, anggota indeks Kompas100 ini, dengan target harga di jangka panjang di level Rp 2.000 per saham. Saham BBCA dengan target harga Rp 28.000 hingga Rp 30.000 per saham. BBRI dengan target harga Rp 4.500 per saham.
BRPT dengan target harga Rp 4.000 per saham. HMSP dengan target harga Rp 4.000 per saham. JSMR dengan target harga Rp 7.000 per saham.
PWON dengan target harga Rp 800 per saham. SMRA dengan target harga Rp 1.200 per saham. WSKT dan WTON dengan target harga masing-masing di level Rp 2.200 per saham dan Rp 800 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News