Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan rupiah masih diprediksi merespon data inflasi Amerika Serikat (AS) dan perlambatan ekonomi China untuk perdagangan Senin (14/8). Dari domestik, rupiah minim katalis.
Pengamat Mata Uang Alwi Assegaf memperkirakan, rupiah akan bergerak flat dengan kecenderungan menguat di perdagangan Senin (14/8). Rupiah masih akan merespons data inflasi Amerika Serikat (AS) di bulan Juli.
Asal tahu saja, tingkat inflasi tahunan di AS meningkat menjadi 3,2% pada Juli 2023. Padahal, inflasi tahunan di Juni 2023 melandai ke 3%. Walau kembali naik, namun tingkat inflasi di Juli 2023 masih di bawah proyeksi analis dengan 3,3%.
Sementara dari dalam negeri, tidak ada data signifikan yang bisa menggerakkan rupiah. Sentimen terdekat adalah rilis data ekspor impor yang akan dirilis Selasa (15/8). Data neraca dagang Indonesia itu diperkirakan turun.
“Pasar merespon inflasi AS sudah melandai. Ini kaitannnya dengan prospek suku bunga The Fed yang kemungkinan akan ada jeda suku bunga,” jelas Alwi saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (13/8).
Baca Juga: Kurs Rupiah Melemah 0,32% Sepekan, Ini Sebabnya
Di sisi lain, Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo bilang, rupiah justru berpotensi melemah terbatas pada Senin (14/8). Terutama sentimen dari Lelang Obligasi Berjangka 3 tahun dan 10 tahun AS yang telah mengangkat mata uang dolar AS di pekan ini.
“Tren (dolar menguat) ini masih berlaku untuk minggu depan,” kata Sutopo kepada Kontan.co.id, Jumat (11/8).
Sutopo mengatakan, rupiah telah melemah pada basis mingguan terhadap dolar AS karena sejumlah penghindaran aset berisiko di sepanjang pekan telah menguntungkan dolar AS.
Penurunan harga komoditas, pelemahan mata uang yen, penurunan saham, Krisis Country Garden yang akan meminta restrukturisasi utang dalam beberapa minggu mendatang telah menjadikannya krisis terbesar sejak Evergrande di China, sehingga menyita perhatian dan kecemasan yang mengangkat dolar AS.
Sementara, data ekonomi AS sepanjang pekan ini sebenarnya tidak terlalu baik, namun juga tidak terlalu buruk. Dengan demikian, data ekonomi masih memberikan kontribusi bagi keamanan dolar.
Alwi menambahkan, kekhawatiran perlambatan ekonomi China sepertinya jadi faktor pemberat bagi rupiah karena bagaimanapun China adalah mitra dagang utama Indonesia. Sentimen ini yang membuat rupiah sulit bergerak naik walaupun investor cenderung membuang dolar AS saat mengetahui data inflasi AS bergerak naik di Juli.
Baca Juga: Rupiah Dibuka Melemah 0,21% ke Level Rp 15.218 Per Dolar AS pada Jumat (11/8)
Alwi memproyeksikan, rupiah akan berada dalam berkisar Rp 15.160 per dolar AS – Rp 15.240 per dolar AS di perdagangan Senin (14/8).
Sedangkan, Sutopo memprediksi rupiah akan bergerak dalam rentang Rp 15.200 per dolar AS – Rp 15.250 per dolar AS di Senin (14/8).
Adapun nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup melemah sebesar 0,22% menjadi Rp 15.219 per dolar AS pada Jumat (11/8). Dalam sepekan, kurs rupiah spot melemah 0,32%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News