Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik tipis 0,07% ke level 7.040,79 pada akhir pekan lalu, Jumat (30/9). Selama sepekan, IHSG merosot 1,92%.
Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan, ada sejumlah sentimen dari eksternal dan domestik yang akan mempengaruhi pergerakan IHSG dalam sepekan ke depan.
Pertama, The Fed telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bps) sehingga kini suku bunga acuan AS yaitu Federal Fund Rates (FFR) berada di level 3,25%. Namun yang mengejutkan adalah proyeksi dan arah suku bunga ke depan yang dirilis Komite Pengambil Kebijakan (FOMC).
Bunga The Fed diperkirakan bisa sampai 4,4% akhir tahun 2022, naik dari proyeksi pada Juni 2022 yang sebesar 3,4%. Apabila menganut proyeksi tersebut, berarti dalam dua pertemuan terakhir, Fed akan menaikkan suku bunga acuan 100 bps atau masing-masing 50 bsp pada setiap pertemuan.
Pejabat The Fed menegaskan, pihaknya akan kembali menaikkan suku bunga acuan untuk mengendalikan laju inflasi.
Baca Juga: Dibayangi Inflasi Tinggi, Simak Rekomendasi Emiten Sektor Ritel Ini
Kedua, kekhawatiran akan kondisi ekonomi dunia. Hans menyebutkan, guncangan ekonomi dunia yang terjadi saat ini tidak terlepas dari pandemi Covid 19 dan gangguan pasokan global.
Inflasi yang tinggi di berbagai negara, kenaikan suku bunga yang tajam untuk menurunkan inflasi, hingga perang Rusia-Ukraina yang tak dapat dipastikan ujungnya. Hal ini berisiko mengiring ekonomi global ke dalam resesi.
Selanjutnya, ketegangan antara Rusia dan Ukraina juga masih turut mewarnai pergerakan IHSG. Hans bilang, pelaku pasar mencermati konflik Rusia Ukraina di mana Langkah pengambil alihan wilayah Ukraina oleh Rusia memicu potensi sanksi baru.
"Kemudian data Eurostat menunjukkan inflasi zona euro mencapai rekor tertinggi baru di level 10% pada September, naik dari 9,1% pada Agustus dan di atas proyeksi konsensus 9,7%. Data tersebut menunjukkan kenaikan harga meluas, terutama harga makanan dan energi yang bergejolak ke hampir semua segmen ekonomi dari 19 negara anggota Uni Eropa," kata Hans dalam riset, Minggu (2/10).
Hans menambahkan, saat ini semua negara juga tengah menyelesaikan masalah inflasi yang menyebabkan kenaikan harga barang dan jasa. Level inflasi Indonesia saat ini masih cukup terkendali di angka 4,6% dan dinilainya masih lebih baik dibandingkan negara-negara lain. Tetapi seiring dengan kenaikan BBM subsidi diperkirakan inflasi Indonesia akan mulai naik.
Bank Indonesia (BI) memperkirakan bulan September 2022 akan terjadi inflasi sebesar 1,10% month to month (mtm). Inflasi diperkirakan akan cenderung turun setelah 3 bulan mendatang, tetapi BI nampakanya masih akan menaikan suku bunga acuan sampai 50 - 100 bsp sampai akhir tahun. Hal ini terutama untuk menjaga nilai tukar dan spread suku bunga Indonesia terhadap Fed Fund Rate.
Menurutnya, inflasi dalam negeri yang lebih tinggi mungkin akan menjadi sentimen negatif pasar. Ia memproyeksi IHSG berpotensi konsolidasi melemah dengan support di level 6.926 sampai level 6.809 dan resistance di level 7.156 sampai level 7.252 dalam sepekan ke depan.
Baca Juga: IHSG Diprediksi Bisa Tembus 7.400 di Akhir Tahun, Saham-Saham Ini Bisa Jadi Buruan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News