Reporter: Nur Qolbi | Editor: Tendi Mahadi
Efisiensi operasional yang dilakukan AALI, anggota indeks Kompas100 ini, juga mampu mengimbangi penurunan produksi maupun volume penjualan. Alhasil, margin operasional pada semester 1-2020 meningkat menjadi 8,3%.
Menurut Michael, penjualan AALI sepanjang semester 1-2020 sudah mencapai 47% dari estimasi penjualan tahun ini yang sebesar Rp 19,2 triliun. Dari sisi bottom line, laba bersih AALI sudah setara 53,8% dari estimasi laba bersih sepanjang 2020 yang sebesar Rp 760 miliar.
LSIP juga jadi pilihan karena memiliki kestabilan produksi dan extraction rate di tengah tantangan cuaca panas. Sama seperti AALI, kinerja LSIP selama tahun berjalan ini lebih banyak dikontribusikan oleh peningkatan harga CPO global yang berpengaruh pada ASP LSIP yang lebih tinggi.
Baca Juga: Astra (ASII) membagikan dividen dengan yield lebih kecil
Hal ini masih dapat mengimbangi penurunan volume produksi dan penjualan di semester 1-2020. LSIP juga menerapkan efisiensi biaya produksi dan beban operasional sehingga mampu meningkatkan margin LSIP.
Michael merekomendasikan beli LSIP , anggota indeks Kompas100 ini, dengan target harga sebesar Rp 1.410 per saham dengan target EV/EBITDA sebesar 13,9 kali. Ia juga merekomendasikan beli AALI dengan target harga Rp 14.700, mengimplikasikan target EV/EBITDA AALI sebesar 14 kali di tahun ini.
Sementara Nafan merekomendasikan akumulasi beli LSIP pada area Rp 910 - Rp 955 dengan target harga Rp 1.225 per saham. Menurut dia, secara teknikal pergerakan harga LSIP masih bertahan di atas garis bawah dari bollinger dan terlihat pola long white closing marubozu candlestick pattern yang mengindikasikan adanya potensi stimulus beli.
Selanjutnya: Akan private placement, Medikaloka Hermina (HEAL) terbitkan 297,3 juta saham baru
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News