kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Simak Prospek Saham Emiten BUMN Usai Rilis Laporan Keuangan Kuartal III-2022


Rabu, 16 November 2022 / 10:19 WIB
Simak Prospek Saham Emiten BUMN Usai Rilis Laporan Keuangan Kuartal III-2022
ILUSTRASI. Sejumlah emiten BUMN terutama perbankan dan emiten berbasis pertambangan mencetak kinerja mentereng.


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah perusahaan terbuka yang berstatus Badan Usaha Milik Negara (BUMN) telah merilis laporan keuangan periode sembilan bulan pertama 2022. Hasilnya, emiten perbankan dan emiten berbasis pertambangan mencetak kinerja mentereng.

Senior Investment Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta Utama menilai, naiknya laba bersih emiten-emiten ini tidak terlepas dari penerapan tata kelola perusahaan atau Good Corporate Governance (GCG) dengan efektif. 
Sebagai langkah penerapan GCG selanjutnya, emiten pencetak laba ini pastinya berkomitmen penuh untuk membagikan dividen sesuai kapasitas dan kapabilitas emiten.

“Otomatis hal ini (pembagian dividen) akan menjadi pemanis bagi investor untuk terus menambah kepemilikan saham,” terang Nafan kepada Kontan.co.id, Selasa (15/11).  

Baca Juga: Harga Saham BUMN Konstruksi Tren Turun, Mana yang Bagus Dibeli? Cek Kinerjanya Juga

Di sisi lain, pembagian dividen ini juga menambah kesan prestis dari perusahaan.

CEO Edvisor.id Praska Putrantyo menilai, kinerja keuangan emiten dari sektor perbankan dan tambang, khususnya batubara, diperkirakan masih moncer hingga akhir 2022. 
Untuk sektor pertambangan, kenaikan harga rata-rata komoditas seperti logam dan batubara sepanjang tahun ini menjadi kontributor peningkatan pendapatan emiten. Ditambah lagi, belum ada tanda-tanda berakhirnya perang Rusia-Ukraina. 

Prospek emiten komoditas juga didukung oleh kebutuhan komoditas energi, khususnya batubara menjelang musim dingin yang menjadi sentimen penopang harga batubara.

Kinerja emiten perbankan juga diperkirakan masih berlanjut hingga akhir tahun ini. Salah satu pendorongnya adalah akselerasi penyaluran kredit, dimana pertumbuhan kredit nasional tumbuh hingga 11% secara tahunan per September 2022. “Dampak kenaikan suku bunga dan naiknya inflasi belum sepenuhnya mempengaruhi kinerja emiten,” terang Praska.

Hanya saja, Praska menaksir pertumbuhan kinerja keuangan emiten sektor perbankan di tahun 2023 berpotensi melambat seiring tren kenaikan suku bunga acuan yang agresif serta tingginya laju inflasi. Hal ini berpotensi menghambat pertumbuhan penyaluran kredit.

Kinerja emiten di sektor komoditas khususnya energi juga akan mendingin tahun depan, seiring akselerasi kenaikan harga komoditas yang mulai menurun sejalan dengan kebijakan kenaikan suku bunga The Fed yang agresif dan penguatan indeks dolar AS. 

Hal ini menjadi sentimen kekhawatiran perlambatan ekonomi bahkan resesi ekonomi, yang memicu penurunan pada harga komoditas sekaligus membuat harga rata-rata komoditas tambang di tahun 2023 berpotensi tertekan.

Di satu sisi, kinerja emiten BUMN karya masih tersendat. Sejumlah emiten BUMN karya mencatat penurunan laba bersih bahkan kerugian.

Baca Juga: Rekap Kinerja Emiten BUMN: Bank dan Tambang Moncer, Konstruksi Masih Tertekan

Analis Samuel Sekuritas Indonesia Abraham Gosal menilai, salah satu penyebab kurang moncernya kinerja emiten konstruksi BUMN disebabkan oleh raihan kontrak baru yang masih jauh dari target Abraham mengamati, hampir semua perusahaan konstruksi mengalami kontraksi margin. Kemungkinan, kondisi ini masih dipengaruhi oleh kenaikan harga bahan baku dan biaya bunga.

Hanya saja, Abraham melihat, secara historis nilai kontrak emiten konstruksi akan cukup besar di kuartal keempat karena anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) yang harus terserap habis.

“Saya sendiri masih menunggu hasil kinerja kuartal keempat untuk memiliki pandangan yang lebih yakin tentang tahun depan. Tetapi berbicara dengan beberapa perusahaan, sepertinya mereka berfokus untuk mengejar kontrak baru di tahun ini untuk digarap tahun depan ketimbang mengejar growth kontrak baru karena ketidakpastian,” kata Abraham kepada Kontan.co.id, Selasa (15/11).

Di sektor telekomunikasi, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 12,14% year on year (YoY) menjadi Rp 16,58 triliun pada sembilan bulan pertama 2022. Pada periode sama tahun 2021, laba bersih Telkom tercatat sebesar Rp 18,87 triliun.

Salah satu penyebab  turunnya laba TLKM adalah adanya kerugian yang belum direalisasi (unrealized loss). Salah satunya adalah investasi Telkomsel pada PT Aplikasi Karya Anak Bangsa (AKAB) yang kini berganti nama menjadi PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk usai merger dengan PT Tokopedia.

Analis Henan Putihrai Sekuritas Steven Gunawan mengatakan, prospek TLKM didukung oleh rencana merger Telkomsel dan IndiHome yang sedang berlangsung untuk menjadi penyedia Fixed-Mobile Convergence (FMC) terkemuka, yang diperkirakan rampung pada kuartal pertama 2023. Prospek TLKM juga datang dari upayanya untuk mengkonsolidasikan Pusat data, infrastruktur dan bisnis digital.

Baca Juga: Waskita Karya (WSKT) Targetkan Proses Rights Issue Kelar Pertengahan Bulan Depan

Henan Putihrai Sekuritas mempertahankan rekomendasi beli saham TLKM dengan target harga yang lebih rendah yakni Rp 5.200 dari sebelumya Rp 5.500 seiring kinerja yang lebih rendah dari ekspektasi.

Risiko dari rekomendasi ini diantaranya belanja modal yang lebih tinggi untuk memperluas jaringan dan infrastrukturnya yang mungkin dapat menurunkan profitabilitas dan besaran dividen TLK. Selain itu, ada pula faktor persaingan yang lebih ketat di bisnis seluler.

Samuel Sekuritas menyematkan rating netral untuk sektor konstruksi seiring pertumbuhan kontrak baru dan pendapatan di 2023 dan 2024 yang akan dibayangi kenaikan harga bahan baku dan tingkat suku bunga. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×