kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.739   21,00   0,13%
  • IDX 7.480   0,54   0,01%
  • KOMPAS100 1.157   2,51   0,22%
  • LQ45 918   4,40   0,48%
  • ISSI 226   -0,78   -0,35%
  • IDX30 474   2,88   0,61%
  • IDXHIDIV20 571   3,56   0,63%
  • IDX80 132   0,52   0,39%
  • IDXV30 140   1,17   0,84%
  • IDXQ30 158   0,64   0,41%

Simak Prospek dan Rekomendasi Sejumlah Saham LQ45 yang Masih Undervalued


Selasa, 06 September 2022 / 19:30 WIB
Simak Prospek dan Rekomendasi Sejumlah Saham LQ45 yang Masih Undervalued
ILUSTRASI. Saham-saham komoditas energi mendominasi daftar 10 teratas saham LQ45.


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks LQ45 mencatatkan imbal hasil (return) sebesar 10,26% sejak awal tahun 2022 sampai dengan Selasa (6/9). Angka ini lebih tinggi dari return Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sebesar 9,90% di periode yang sama.

Saham-saham komoditas energi mendominasi daftar 10 teratas saham LQ45 dengan kenaikan harga tertinggi. Sejak awal tahun, kenaikan harga top 10 gainers tersebut berkisar antara 30% sampai dengan lebih dari 116%.

Meskipun begitu, saham-saham komoditas energi memiliki valuasi saham yang masih murah alias undervalued. Hal ini terlihat dari price to earning ratio (PER) aktual yang berada di bawah 10 kali.

Baca Juga: Harga Saham BUMI Terus Ngegas, Simak Rekomendasi Sahamnya Berikut Ini

Per Selasa (6/9), PT Indika Energy Tbk (INDY) mencatatkan PER aktual 2,79 kali, PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) 3,12 kali, PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) 3,58 kali, PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) 3,65 kali, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) 4,18 kali, PT Timah Tbk (TINS) 5,27 kali, PT Harum Energy Tbk (HRUM) 5,78 kali, dan PT United Tractors Tbk (UNTR) 6,39 kali.

Di luar emiten sektor komoditas energi, ada beberapa instituen LQ45 yang juga memperlihatkan PER rendah. Sebut saja PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) dengan PER 4,04 kali, PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) 5,66 kali, dan PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) 7,32 kali.

Ada juga PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dengan PER 9,61 kali, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) 9,27 kali, dan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) 5,32 kali.

Baca Juga: Harga BBM Naik, Sektor Apa Saja yang Diuntungkan dan Dirugikan?

Heaf of Research FAC Sekuritas Indonesia Wisnu Prambudi Wibodo menilai, secara teori, PER di bawah 10 kali memang menunjukkan bahwa suatu saham masih undervalued. Menurutnya, saham-saham komoditas energi tersebut dapat mencatatkan PER di bawah 10 kali karena adanya lompatan laba bersih yang signifikan sepanjang tahun ini.

Hal ini didorong oleh kenaikan harga komoditas, khususnya batu bara dan minyak mentah. Mengingat, rumus perhitungan PER adalah harga saham dibagi dengan earning per share (EPS) alias laba bersih per saham.

"Nah, pada tahun ini, EPS emiten komoditas energi, khususnya batu bara dan minyak mentah mengalami kenaikan signifikan sehingga membuat PER menjadi rendah," kata Wisnu saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (6/9).

Baca Juga: PER IHSG Murah Menjadi Daya Tarik Investor Asing

Hal ini menunjukkan bahwa laba bersih emiten komoditas sangat dipengaruhi harga komoditasnya. Oleh sebab itu, menurut Wisnu, investor yang tertarik berinvestasi di saham komoditas harus pandai dalam memproyeksikan harga komoditasnya dan memahami siklus bisnisnya.

Meskipun begitu, Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Abdul Azis Setyo Wibowo berpendapat, saham-saham LQ45 dengan PER rendah yang disebutkan di atas masih layak untuk menjadi lahan investasi. Valuasinya masih di bawah rata-rata lima tahun dan berada di standard deviasi -1 sehingga masih undervalued.

Azis menilai, saham-saham yang paling menarik untuk dilirik adalah ADRO, HRUM, INDY, ERAA, MNCN, BBNI, dan BBTN karena prospek ke depannya masih positif. Saham-saham komoditas masih akan terdorong harga komoditas yang tinggi akibat perang dan krisis energi.

Baca Juga: IHSG Naik Tipis, Asing Mengakumulasi Saham BBCA, BBRI, dan BMRI Pada Selasa (6/9)

"Kemudian, pulihnya mobilitas bisa berdampak positif bagi saham retail dan media. Naiknya pertumbuhan kredit juga mengindikasikan kinerja sektor perbankan masih positif," tutur Azis.

Menurut Azis, harga normal ADRO berada di Rp 4.300 per saham, HRUM Rp 3.200, INDY Rp 3.600, ERAA Rp 670, dan MNCN Rp 1.200 per saham. "Saham-saham komoditas bisa diinvestasikan untuk jangka menengah dan melihat bagaimana perkembangan dari harga komoditas tersebut," kata Azis.

Per perdagangan Selasa (6/9), harga ADRO berada di level Rp 4.040, HRUM Rp 1.855 per saham, INDY Rp 3.190 per saham, ERAA Rp 466 per saham, dan MNCN Rp 905 per saham. Azis merekomendasikan hold untuk INDY dan ADRO, serta buy HRUM, ERAA, dan MNCN. Azis juga merekomendasikan buy BBNI dan BBTN dengan potensi kenaikan harga 15%-20%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×