kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.429.000   20.000   1,42%
  • USD/IDR 15.428   47,00   0,30%
  • IDX 7.816   17,84   0,23%
  • KOMPAS100 1.186   1,61   0,14%
  • LQ45 958   -0,46   -0,05%
  • ISSI 227   0,96   0,42%
  • IDX30 488   -0,16   -0,03%
  • IDXHIDIV20 588   -0,82   -0,14%
  • IDX80 134   0,00   0,00%
  • IDXV30 139   -0,58   -0,42%
  • IDXQ30 163   -0,32   -0,19%

Simak Profil Emiten Indo American Seafood (ISEA) dan Upaya Kerek Kinerja Usai IPO


Jumat, 23 Agustus 2024 / 18:32 WIB
Simak Profil Emiten Indo American Seafood (ISEA) dan Upaya Kerek Kinerja Usai IPO
ILUSTRASI. Strategi bisnis Indo American Seafood (ISEA) usai gelar IPO


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Usai melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Indo American Seafood Tbk (ISEA) optimistis dengan bisnis usaha perseroan dan menargetkan pertumbuhan kinerja yang cukup pesat.

Asal tahu saja, ISEA resmi tercatat di BEI pada Senin (8/7) lalu. Dalam aksi korporasi tersebut, perusahaan asal Lampung ini menawarkan 290 juta saham. Ini setara dengan 20,86% dari modal ditempatkan dan disetor penuh pasca gelar initial public offering (IPO). 

ISEA menetapkan harga IPO sebesar Rp 250 per saham. Ini merupakan batas atas dari harga penawaran awal di kisaran Rp 220–Rp 250 per saham. Alhasil, ISEA berhasil meraup dana segar Rp 72,5 miliar dari gelaran penawaran umum saham perdana. 

Bersamaan dengan IPO, perseroan juga akan menerbitkan sebanyak 145 juta Waran Seri I yang menyertai Saham Yang Ditawarkan atau sebesar 13,18% dari total jumlah saham ditempatkan dan disetor penuh pada saat pernyataan pendaftaran dalam rangka Penawaran Umum Perdana ini disampaikan. 

Waran Seri I diberikan secara cuma-cuma sebagai insentif bagi para pemegang saham yang ditawarkan yang namanya tercatat dalam Daftar Pemegang Saham pada tanggal penjatahan. 

Setiap pemegang dua saham perseroan berhak memperoleh satu Waran Seri I. Yang mana, setiap satu Waran Seri I memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli satu saham biasa baru ISEA  yang dikeluarkan dalam portepel yang bernilai nominal Rp 50 per saham dengan Harga Pelaksanaan sebesar Rp 224 per saham. 

Baca Juga: Baru Listing Awal Juli, Saham Indo American (ISEA) Masuk Radar UMA

Waran seri I dapat dilaksanakan setelah enam bulan atau lebih sejak efek diterbitkan, yang berlaku mulai tanggal 6 Januari 2025 sampai dengan tanggal 7 Juli 2025. Total nilai hasil pelaksanaan Waran Seri I adalah Rp 32,48 miliar.

Dana itu akan digunakan untuk empat hal utama. Pertama, 90% dari hasil IPO akan digunakan untuk pembelian bahan baku utama dan bahan baku pendukung. Kedua, sekitar 5% akan dipakai untuk biaya penjualan dan pemasaran. 

Ketiga, sekitar 4,85% bakal dipakai untuk biaya perawatan dan biaya utilisasi. Kemudian sisanya akan digunakan untuk biaya keperluan kantor terutama pembelian alat elektronik.

Melansir prospektus, ISEA didirikan pada tahun 2006. Perseroan bergerak di industri pembekuan biota air lainnya, industri makanan dan masakan olahan, industri berbasis daging lumatan dan surimi, industri berbasis lumatan biota air lainnya, perdagangan besar hasil perikanan, serta perdagangan besar hasil olahan perikanan.

Presiden Direktur Indo American Seafood Ibnu Syena Alfitra mengatakan, ISEA pada awalnya didirikan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pasar udang di Amerika Serikat (AS). 

“Lalu, seiring perjalanan, ISEA mulai memproduksi udang value added yang lebih banyak dijual ke pasar udang di negara Jepang,” ujarnya kepada Kontan, Senin (5/8).

Saat ini, ISEA memiliki total dua pabrik pengolahan udang di Tanjung Bintang Lampung Selatan. Satu pabrik dimiliki oleh ISEA  dan satu pabrik lagi dimiliki entitas anak perseroan, yaitu PT Indokom Samudra Persada (ISP). Pabrik milik PT ISP bersebelahan dengan pabrik pengolahan ISEA. 

“Total kedua pabrik itu berkapasitas produksi 70 ton per hari yang memproduksi tiga jenis kategori produk udang jadi, yaitu Raw Product, Cooked Product, dan Value Added Product,” ungkapnya.

Selain itu, ISEA dan ISP juga memiliki fasilitas penyimpanan dingin (cold storage) untuk menyimpan dan menjaga kualitas hasil produk olahan udang sebelum dilakukan pengiriman kepada konsumen.

Kapasitas cold storage yang dimiliki ISEA dan ISP masing-masing sebanyak 1.200 ton dan 1.500 ton, sehingga jumlah keduanya sebesar 2.700 ton.

Baca Juga: Jadi Emiten, Indo American Seafood (ISEA) Bidik Pertumbuhan Laba

Menurut Ibnu, yang membedakan ISEA dengan perusahaan eksportir udang lainnya di Indonesia adalah perseroan mempunyai ikatan yang personal dan cukup lama dipercaya oleh pembeli dan importir udang yang merupakan top 10 importir di AS dan Jepang.

Secara rinci, ada dua perusahaan asal AS dan dua perusahaan Jepang yang jadi pelanggan utama ISEA. Dari AS, pelanggan ISEA adalah Censea dan Eastern Fish Company. 

ISEA menyuplai raw product, cooked product, dan value added product kepada dua perusahaan asal AS itu. Penjualan ke Censea berkontribusi sebesar 64,1% ke pendapatan perseroan tahun 2023, sementara penjualan ke Eastern Fish Company menyumbang 19,5%.

Untuk perusahaan dari Jepang, pelanggan ISEA adalah Hohsui Corporation dan Kyokuyo. ISEA menyuplai raw product dan value added product kepada dua perusahaan asal Jepang itu. Penjualan ke Hohsui Corporation dan Kyokuyo masing-masing menyumbang 8,2% ke pendapatan perseroan tahun 2023.

Hubungan baik dengan para supplier itu diklaim bisa membuat ISEA bertahan dalam keadaan perekonomian yang sulit, contohnya pada saat pandemi COVID-19.

“Kami juga memiliki kelebihan sebagai industri udang yang terintegrasi dari tambak, pengolahan, hingga ekspor,” paparnya.

Di tahun 2024, ISEA menargetkan bisa mendapatkan laba bersih sekitar Rp 27,1 miliar. Asal tahu saja, ISEA membukukan laba bersih sebesar Rp 1,7 miliar pada 2023. Artinya, emiten asal Lampung ini mengincar pertumbuhan laba bersih sebesar 1.452,9% secara tahunan. 

Dari sisi top line, ISEA menargetkan bisa meraup pendapatan Rp 398,6 miliar hingga tutup 2024. Ini meningkat 100,1% secara tahunan dari perolehan tahu sebelumnya. Adapun sepanjang 2023, ISEA mengantongi pendapatan sebesar Rp 199,2 miliar.

“Untuk bisa mencapai target itu, kami akan meningkatkan value added atau nilai tambah pada produk yang kami hasilkan,” katanya.

ISEA melihat, prospek produksi dan usaha budidaya udang pada tahun 2024 masih lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya, di mana estimasi tersebut berdasarkan perkiraan bahwa produksi udang budidaya secara global akan pulih pada tahun 2024.

Menurut survei yang dilakukan oleh Global Aquaculture Alliance (GAA), pertumbuhan produksi udang budidaya global diperkirakan mencapai 4,8% secara tahunan atau diestimasikan mencapai level 5,8 juta ton pada tahun 2024. Jumlah tersebut melebihi level produksi udang budidaya pada tahun 2022 sebesar 5,6 juta ton setelah mengalami sedikit koreksi 0,4% pada tahun 2023 sebesar 5,5 juta ton.

 

”Ini akibat meningkatnya inflasi secara global yang berdampak pada daya beli konsumen, sehingga turut menekan jumlah permintaan udang budidaya secara global,” tuturnya.

Pertumbuhan produksi udang budidaya juga didorong oleh berbagai faktor. Di antaranya adalah ekspansi produksi dan inovasi produk yang membantu meningkatkan jumlah produksi udang budidaya guna memenuhi permintaan sesuai dengan preferensi produk oleh konsumen. 

Secara keseluruhan, konsumsi udang budidaya secara global diperkirakan akan semakin bertumbuh dalam jangka menengah, terutama di negara-negara berpenghasilan tinggi dan menengah. Alasannya, karena preferensi konsumen yang cenderung lebih memperhatikan jenis produk-produk yang kaya akan kandungan protein.

Meskipun begitu, kata Ibnu, persaingan bisnis di industri tersebut tetap ada. Namun, ISEA tetap mengutamakan kepada hubungan dengan para pembeli dan supplier yang selama ini telah bekerja dengan perseroan selama 20 tahun lebih.

Salah satu strategi yang dilakukan ISEA dalam meningkatkan kinerjanya adalah meningkatkan utilitas kapasitas produksi menjadi lebih besar. Sebab, utilitas kapasitas produksi perseroan saat ini dinilai masih belum optimal. 

“Perseroan juga sedang fokus pada budidaya udang Vannamei tambak milik entitas anak perseroan agar dapat mencukupi kebutuhan akan permintaan pasar,” ungkapnya.

Kegiatan usaha budidaya udang Vannamei hanya dilakukan oleh PT ISP. Saat ini, PT ISP memiliki 96 kolam budidaya dengan jumlah kolam yang aktif beroperasi untuk membudidayakan udang sebanyak 32 kolam. 

Melansir RTI, saham ISEA saat ini bertengger Rp 102 per saham. Dalam sebulan, saham perseroan sudah turun 31,08%. 

Per Juni 2024, penjualan ISEA tercatat sebesar Rp 106,69 miliar. Ini turun 11,32% dari periode sama tahun lalu yang sebesar Rp 120,31 miliar.

Sementara, laba komprehensif tahun berjalan sebesar 871,91 juta di semester I 2024, naik 3,2% secara tahunan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Management and Strategic Leadership (MiniMBA 2024) Mudah Menagih Hutang

[X]
×