Reporter: Aldo Fernando | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks harga saham gabungan telah tumbuh sebesar 293,92 poin atau 4,74% secara year to date (ytd). Namun, pada penutupan Senin (4/3), IHSG melemah sebesar 11,46 poin atau 0,18% ke level 6.488,42.
Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji memprediksi, IHSG akan cenderung mengalami konsolidasi atau sideways selama Maret. Ia memproyeksikan IHSG berada di rentang 6.370-6.590.
Nafan menyebut, para pelaku pasar akan lebih cenderung wait and see sembari mengamati proses berjalannya Pemilu 2019. “Saya rasa, para pelaku pasar optimistis Pemilu akan berlangsung lancar. Tapi biasanya pasar politisi, pebisnis, akan melakukan konsolidasi terlebih dahulu,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Sabtu (2/3).
Analis Panin Sekuritas William Hartanto juga menyebut, semakin mendekati pemilu para pelaku pasar akan cenderung wait and see. William bilang, IHSG akan terdongkrak jika pihak petahana memenangkan Pilpres 2019 pada April mendatang.
“Kita tahu, asing senang dengan petahana, maka jika petahana menang IHSG bisa menguat lagi karena optimisme mereka kembali. Namun jika pertahana kalah, mungkin pasar akan sideways dulu menunggu arah dan kebijakan pemerintah yang baru,” jelas William kepada Kontan.co.id, Jumat (1/3).
William memprediksi IHSG akan bergerak sideways di kisaran 6.550 – 6.600 pada pada Maret 2019.
Sepanjang Maret, William menjelaskan, ada sejumlah sentimen yang akan mewarnai IHSG seperti laporan keuangan emiten, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, pelemahan ekonomi global. “Dan indexing, seperti MSCI dan FTSE yang baru-baru ini terjadi,” imbuhnya.
Sementara, analis Indo Premier Mino memprediksi, IHSG masih akan menguat hingga akhir kuartal I-2019. Mino menargetkan IHSG di level 6.700.
"Sentimen utama dari eksternal, yaitu semakin dekatnya kesepakatan dagang antara China dan Amerika Serikat; ada spekulasi pertengahan Maret akan ditandatangi oleh Donald Trump dan Xi Jinping. Sentimen lainnya itu laporan kinerja emiten," ujar Mino kepada Kontan.co.id, Senin (4/3).
Nafan juga menggarisbawahi sejumlah sentimen negatif yang bisa mengganggu pertumbuhan IHSG selama Maret, seperti data neraca perdagangan Indonesia yang diproyeksikan masih akan mengalami defisit. “Ini bisa memberikan sentimen negatif bagi indeks,” kata Nafan.
Selain itu, sentimen negatif lainnya berasal dari eksternal, seperti perundingan dagang antara AS-China.
“Adapun untuk The Fed saya rasa tidak akan menaikkan suku bunga acuannya. Kalaupun akan naik cenderung pada kuartal keempat sambil melihat perkembangan ekonomi global, seperti ekonomi Eropa atau China saat ini,” jelas Nafan.
Di samping sentimen negatif, Nafan menambahkan, ada juga sentimen positif yang akan mampu mendorong penguatan Indeks selama Maret. Pertama, inflasi Indonesia akan cenderung stabil. Kedua, kebijakan suku bunga Bank Indonesia (BI) yang masih akan dipertahankan di level 6%. “Sebenarnya, dalam tahun ini pergerakan indeks tidak perlu dikhawatirkan,” jelas Nafan.
Nafan menyarankan, para investor untuk mencermati baik sentimen domestik maupun eksternal selama Maret. Untuk trader, Nafan merekomendasikan, saham-saham LQ45 yang pergerakannya cenderung defensif alias tidak terpengaruh tren penurunan pasar, seperti TLKM dan PTBA. “Keduanya pergerakannya sideways, tapi kalau untuk trading, aman,” kata Nafan.
Bagi investor jangka panjang, Nafan menyarankan untuk menyimak saham-saham yang pergerakan turun dan jenuh jual, seperti ASII, UNTR.
Sementara, Mino merekomendasikan strategi buy and hold untuk investor sampai akhir kuartal I-2019. "Jadi kita beli saham tapi di-keep. Maksudnya, jangan buru-buru untuk dijual," imbuhnya.
Ia menjagokan BBNI, SMGR, RALS, dan BBRI untuk disimak.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News