kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Simak pendapat analis mengenai kinerja Indosat (ISAT) dan XL Axiata (EXCL)


Selasa, 26 Februari 2019 / 20:04 WIB
Simak pendapat analis mengenai kinerja Indosat (ISAT) dan XL Axiata (EXCL)


Reporter: Aldo Fernando | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang 2018 lalu, kinerja dua emiten telekomunikasi melorot. Dua emiten tersebut adalah PT Indosat Tbk (ISAT) dan PT XL Axiata (EXCL).

Berdasarkan laporan Ooredoo, kinerja ISAT pada tahun lalu merosot. Sepanjang tahun lalu, pendapatan ISAT turun sebesar 22,69% secara tahunan menjadi Rp 23,14 triliun.

Earnings before interest, taxes, depreciation and amortization (EBITDA) emiten telekomunikasi ini turun sebesar 43,9% menjadi Rp 7,68 triliun. Menurut laporan Ooredoo, merosotnya EBITDA ISAT pada kuartal IV akibat investasi yang dikucurkan perusahaan untuk ekspansi jaringan dan biaya pemasaran.

Sampai saat ini, cakupan populasi 4G ISAT mencapai 80%, dengan jumlah base transceiver station (BTS) 4G mencapai 17.000. Churn perusahaan juga terus bertambah dengan basis konsumen yang tercatat di angka 58 juta. Saat ini, ISAT juga telah meluncurkan layanan 4G Plus di empat provinsi. Untuk saat ini, ISAT berusaha merealisasikan penyesuaian tarif untuk setiap lini produk demi meningkatkan pendapatan perusahaan.

Emiten halo-halo lainnya, EXCL sebelumnya melaporkan rugi bersih Rp 3,30 triliun pada tahun 2018. Padahal, berdasarkan laporan keuangan EXCL yang diunggah di website Bursa Efek Indonesia (BEI), pada Jumat (15/2), emiten ini meraup laba senilai Rp 375,24 miliar pada 2017.

Sementara, EXCL membukukan pendapatan sebesar Rp 22,94 triliun, naik tipis sebesar 0,27% dibandingkan dengan pendapatan tahun 2017 yang senilai Rp 22,87 triliun. Beban penyusutan mencapai Rp 11,47 triliun, naik 69,67% dibandingkan dengan tahun 2017 yang sebesar Rp 6,76 triliun.

Menurut analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji, merosotnya kinerja kedua emiten tersebut kemungkinan besar disebabkan oleh iklim investasi di bidang telekomunikasi tanah air terbilang kompetitif. “Karena di Indonesia terdapat banyak pemain. Ada pemain-pemain besar, termasuk salah satunya Telkomsel,” ujar Nafan kepada Kontan.co.id, Selasa (26/2).

Untuk ISAT, Nafan bilang, selain karena kinerja fundamentalnya yang merosot, harga saham emiten tersebut juga mengalami penurunan akibat turunnya rating emiten tersebut menurut Fitch. “Turunnya rating emiten ini oleh the Fitch Ratings juga menjadi sentimen negatif bagi ISAT,” jelasnya.

Sebagai informasi, dalam rilis pada 19 Februari 2019 lalu, Fitch Ratings merevisi outlook ISAT dari stabil menjadi negatif. “Namun, saya menilai sentimen negatif tersebut hanya bersifat temporer,” imbuh Nafan.

Sementara, Group Head Corporate Communications Indosat Ooredoo Turina Farouk saat dihubungi Kontan.co.id pada Rabu pekan lalu (20/2) , mengatakan, pihak Indosat Ooredoo tidak bisa memberikan komentar terhadap pemberitaan rating outlook negatif yang dikeluarkan Fitch International.

“Sebagai informasi, lembaga rating Pefindo dan Fitch Indonesia tetap memberikan rating AAA, dan Moody’s memberikan outlook stable untuk Indosat Ooredoo. Kami optimis outlook Indosat Ooredoo masih akan terus stabil sebagaimana yang diakui oleh beberapa lembaga rating,” ujar Turina.

Untuk mengimbangi pemimpin pasar industri telekomunikasi, Telkomsel, Nafan menyebut, ISAT dan EXCL harus meningkatkan pengembangan konektivitas internet lewat jaringan 4G untuk lebih menjangkau konsumen yang lebih luas.

Dengan tingginya permintaan masyarakat terhadap layanan internet, Nafan menilai, prospek industri telekomunikasi masih menarik ke depannya.

Sementara, analis Indo Premier Sekuritas Mino menyebut, prospek emiten halo-halo untuk tahun ini akan positif. “Karena sekarang konsumen tidak gampang pindah kartu sehingga masalah persaingan harga akan sedikit mereda. Ini bagus untuk emiten telekomunikasi. Selain itu, rencana pemerintah untuk mengeluarkan peraturan yang akan mendorong konsolidasi di sektor ini juga akan menjadi hal yang positif,” jelas Mino kepada Kontan.co.id, Selasa (26/2).

Mino merekomendasikan beli EXCL dengan target harga di Rp 2.800 dan tahan TLKM dengan target harga di Rp 4.200. Sementara, Nafan merekomendasikan tahan ISAT dengan target harga di Rp 3.470 dan tahan EXCL. “EXCL mengalami terjun bebas. Namun memiliki target price jangka panjang di level Rp 2.750. Sebaiknya tunggu ketika pergerakan harga saham sudah terkonsolidasi terlebih dahulu,” pungkas Nafan.

Hari ini, harga saham ISAT turun 7,35% ke Rp 3.150 per saham. Harga saham EXCL turun 3,47% ke Rp 2.500 per saham. Harga saham TLKM naik 0,51% ke Rp 3.930 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×