Reporter: Yoliawan H | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berdasarkan riset Kontan.co.id dan data Bloomberg, dari lima indeks yang ada di Bursa Efek Indonesia (BEI) yakni LQ45, IDX30, KOMPAS100, PEFINDO25 dan BISNIS 27 terdapat lima saham yang memiliki performa terbaik sejak awal tahun atau year to date (ytd) yakni saham PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (INKP), PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN), PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM), PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS).
Tercatat INKP sudah naik 115,74% ytd ke level Rp 11.650 per saham, CPIN naik 129,17% ytd ke level Rp 6.875 per saham, TKIM naik 269,86% ytd ke level Rp 10.800 per saham, PTBA naik 74,39% ytd ke level Rp 4.290 per saham dan PGAS naik 19,43% ytd ke level Rp 2.090 per saham.
Melihat kondisi ini, Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada menilai dari sisi kinerja, kelima saham ini menunjukkan hasil yang baik hingga sembilan bulan terakhir. Hasil tersebut direspon baik oleh pasar.
Selain itu khusus untuk industri kertas, menurutnya akan cukup berpotensi di tahun 2019 nanti karena adanya potensi penggunaan kertas sebagai pengganti bahan kemasan yang belum ramah seperti styrofoam dan plastik. “INKP bisa jadi sasaran beli karena di harga yang cukup murah memiliki potensi yang besar,” ujar Reza kepada Kontan, Rabu (26/12).
Jika melihat valuasi harga INKP, tercatat price to earning ratio atau PE ratio INKP hanya 6,20 kali. Sedangkan untuk TKIM sebesar 6,81 kali. Untuk PGAS dan PTBA menurutnya saham ini terdorong dari rencana holding BUMN yang akan membuat potensi dan jangkauan perusahaan semakin besar dan luas.
“Untuk sementara ini rekomendasinya masih bisa buy lima saham ini,”ujar Reza.
Sementara itu, Managing Director Head of Equity Capital Market Samuel International Harry Su justru belum akan merekomendasikan lima saham tersebut. Pasalnya menurut Harry, INKP dan TKIM, masalahnya adalah harga komoditas yang lebih rendah tahun depan seiring dengan turunnya pertumbuhan ekonomi global.
“PTBA masih belum baik di kondisi harga minyak yang trennya menurun. PGAS juga masih belum karena kalau ekonomi sedang turun maka dari sisi volume distribusi gas pun akan melambat,” ujar Harry.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News