Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Reksadana pendapatan tetap yang memiliki fitur pembagian dividen setiap bulan memiliki nilai tambah dalam menarik investor ritel yang membutuhkan tambahan arus kas secara bulanan.
Avrist Asset Management memiliki reksadana dengan fitur pembagian dividen setiap bulan bernama Avrist Prime Income Fund. Head of Investment Avrist Asset Management Farash Farich mengatakan, strategi yang diterapkan dalam reksadana ini adalah dengan berinvestasi pada obligasi atau sukuk korporasi yang memiliki fundamental dan yield atraktif.
Berdasarkan fund fact sheet di Oktober 2018 lima efek yang masuk portofolio reksadana ini adalah, Obligasi Berkelanjutan Bank Victoria Tahap II Tahun 2018 Seri B, Obligasi I Pelindo IV Tahun 2018 Seri C, Obligasi IV Bank Lampung Tahun 2017, Obligasi Subordinasi Berkelanjutan II Bank Panin Tahap II Tahun 2017, dan Sukuk Ijarah Berkelanjutan I Aneka Gas Industri Tahap I Tahun 2017 Seri B.
Farash mengatakan, pihaknya menyukai surat utang dari sektor perbankan karena fundamental membaik dan industri diawasi ketat oleh Otoritas Jasa Keuangan, Bank Indoensia maupun pemerintah sehingga tata kelola perusahaan baik dan risiko gagal bayar rendah.
Sementara, sektor diluar bank Farash memilih surat utangnya pada emiten yang memiliki kondisi kredit baik dengan melihat kuatnya cash flow dan tingkat utang yang rendah. Alokasi aset reksadana yang meluncur sejak Desember 2014 ini sebesar 98,23% di aset obligasi dan 1,77% di aset pasar uang.
Dengan isi portofolio di atas reksadana ini catatkan kinerja -7,09% sejak awal tahun hingga Oktober 2018. Sementara, di periode yang sama pembagian dividen sudah mencapai 6,72%. Dengan begitu, Farash mengatakan total retun reksadana ini -0,36% termasuk pendapatan dividen.
Farash mengharapkan di tahun depan reksadana ini bisa mempertahankan pembagian hasil investasi bulanan dengan ekuivalen yield 8% net bagi investor.
Target tersebut diharapkan bisa tercapai dengan strategi memanfaatkan kenaikan yield obligasi saat ini untuk menambah investasi pada obligasi atau sukuk yang memiliki yield tinggi dan fundamental yang lebih baik. "Jadi kami lock in yield tinggi saat ini untuk kebutuhan investor di masa depan," kata Farash, Senin (5/11).
Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan dengan total return -0,36% maka kinerja reksadana ini lebih unggul dibandingkan rata-rata kinerja reksadana pendapatan tetap di periode yang sama justru -4,79%.
Wawan memproyeksikan target hasil investasi bulanan dengan ekuivalen yield 8% juga masuk akal untuk diraih. Bahkan bila melihat yield Surat Utang Negara sudah berada di 8% dengan aset berupa obligasi korporasi seharusnya yield di atas 8% bisa dicapai.
Pembagian yield dividen hingga Oktober yang mencapai 6,27% juga Wawan nilai cukup tinggi bila dibandingkan dengan instrumen deposito. Oleh karena itu reksadana ini menarik untuk dimiliki dan cocok bagi instrumen ritel yang membutuhkan arus kas tambahan setiap bulannya.
Farash pun menjelaskan pembagian hasil investasi setiap bulan kepada investor memiliki tujuan untuk memberikan cash income periodik pada investor. Sehingga memudahkan investor mencatat realisasi keuntungan investasi tanpa harus melakukan proses redemption reksadananya.
Kondisi pasar yang cenderung turun juga kerap menyulitkan investor melakukan redemption reksadana dalam merealisasikan investasinya. "Dengan fitur pembagian hasil investasi periodik jadi mempermudah dan memantu cash flow investor untuk membayar keperluan operasionalnya tanpa menganggu aset alokasi di portofolio investor," kata Farash.
Per akhir Oktober dana kelolaan reksadana ini mencapai 392,6 miliar. Jumlah dana kelolaan Avrist Asset Management hingga Oktober 2018 mencapai Rp 3,1 triliun. Farash mengatakan di Desember 2018 akan meluncurkan dua reksadana terproteksi berjenis syariah dan konvensional. Hingga kini Avrist memiliki total 18 produk reksadana.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News