Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Reksadana dengan aset dasar global bond pemerintah bisa menjadi alternatif investasi menarik. Ashmore Dana USD Nusantara adalah salah satu reksadana yang memutar hingga 98,83% dari aset dasar di obligasi pemerintah berdenominasi dollar Amerika Serikat (AS).
Produk kelolaan PT Ashmore Asset Management Indonesia itu memiliki kebijakan investasi leluasa menempatkan sekitar 80% hingga 100% di efek bersifat utang milik pemerintah Indonesia atau badan usaha milik negara (BUMN). Adapun sekitar 0% hingga 20% di instrumen pasar uang. Menilik fund factsheet Januari 2015, mayoritas aset dasar diputar pada obligasi sedangkan sisanya sekitar 1,17% pada instrumen pasar uang.
Obligasi yang menjadi pilihan antara lain sukuk global pemerintah seri INDOIS19 bertenor empat tahun dan INDOIS24 bertenor 10 tahun. Kemudian, global bond pemerintah seri INDON19 bertenor empat tahun, seri INDON22 bertenor tujuh tahun serta seri INDON37 bertenor 22 tahun.
Direktur Ashmore Asset Management Arief Wana mengatakan pihaknya juga melirik global bond INDON45 dan INDON25 yang baru diterbitkan pemerintah awal tahun ini. "Saat ini masih kami pelajari. Kalau menguntungkan, akan kami ambil," tutur Arief, Jakarta.
Menurut Arief, produk ini bertujuan untuk memberikan pengembalian investasi yang lebih tinggi dari pada tingkat suku bunga simpanan. Dalam satu bulan terakhir, kinerja produk ini mampu melampaui targetnya.
Data Infovesta Utama per 6 Februari 2015 menunjukkan reksadana ini membagikan return 2,06% dalam satu bulan terakhir. Kinerja tersebut lebih tinggi dibandingkan suku bunga yang dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sebesar 1,5%. Arief memperkirakan produk ini bisa mencatat kinerja sekitar 5% hingga 7% di akhir tahun ini.
Reksadana ini ditawarkan sejak 25 Februari 2014. Saat ini, produk ini mencatat total dana kelolaan US$4,6 juta dengan unit penyertaan 4,3 juta unit. Produk ini menggunakan bank kustodian HSBC.
Untuk berinvestasi di produk ini, investor bisa menyisihkan dana US$100 untuk minimal pembelian awal dan pembelian selanjutnya. Untuk minimal penjualan kembali juga ditetapkan US$100.
Investor akan dikenakan biaya pembelian 1% hingga 2%. Sedangkan biaya penjualan kembali dikenakan maksimal 2%, biaya pengalihan maksimal 0,5% jasa manajer investasi maksimal 1,5% per tahun dan bank kustodian maksimal 0,25% per tahun.
Reksadana ini memiliki sejumlah risiko investasi. Seperti, risiko perubahan kondisi ekonomi dan politik, risiko wanprestasi, risiko likuiditas, risiko berkurangnya nilai aktiva bersih (NAB) setiap unit penyertaan, risiko perubahan peraturan serta risiko pembubaran dan likuidasi.
Analis Infovesta Utama Viliawati memperkirakan return reksadana ini akan menyerupai kinerja rata-rata reksadana pendapatan tetap. Menurut dia, kinerja produk ini akan tertahan oleh aset dasar yang didominasi global bond bertenor pendek dan menengah.
Analisis Vilia, kinerja global bond bertenor pendek dan menengah kurang agresif dibandingkan tenor panjang. Dalam jangka pendek, surat utang tenor panjang akan bullish ditopang oleh potensi turunnya inflasi menyusul penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) serta kebijakan stimulus bank sentral Eropa (ECB).
Kendati demikian, kata Vilia, obligasi bertenor pendek memiliki fluktuasi harga yang lebih stabil. "Sehingga komposisi tenor pendek akan menguntungkan seiring rencana kenaikan suku bunga the Fed (bank sentral Amerika Serikat) yang berpeluang menyebabkan capital outflow serta potensi kenaikan suku bunga dalam negeri," tutur Vilia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News