Reporter: Noor Muhammad Falih | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Perusahaan manajer investasi (MI) PT Ashmore Asset Management Indonesia memandang kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi merupakan hal mendesak yang harus dilakukan pemerintah Presiden Joko Widodo. Dengan dipotongnya subsidi BBM, Ashmore Indonesia berpandangan banyak yang bisa dilakukan pemerintah guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Direktur Ashmore Indonesia, Arief Wana mengatakan dalam risetnya, sekitar 40% lebih investor menginginkan kenaikan harga BBM dilakukan secepatnya. "Itu prioritas urutan pertama. Urutan ke dua investor berharap kinerja Kabinet Kerja bisa profesional dan baik," ujar Arief, Kamis (30/10).
Arief menghitung jika pengurangan subsidi BBM dilakukan sesuai rencana pada tahun ini, setidaknya pemerintah punya alokasi dana berlebih hingga Rp 593 triliun pada 3 tahun ke depan. Menurutnya dana tersebut bisa digunakan untuk subsidi produktif seperti pembangunan infrastruktur. "Dengan dana tersebut kita dapat membangun 4x panjang jalan tol sekarang atau 10 MRT (Mass Rapid Transportation)," ungkap Arief.
Ia menambahkan jika rencana tersebut terealisasi, Indonesia akan kembali ke peringkat investment grade versi Standard & Poor's. Dampaknya investor asing akan lebih mengapresiasi sehingga iklim investasi domestik kian kondusif.
"Dua hingga tiga bulan terakhir masih ada outflow dari investor asing. Posisi mereka di pasar modal Indonesia masih neutral to underweight. Jadi sangat mungkin mereka masuk kembali sampai overweight, jika ada kenaikan harga BBM," tambah Arief.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News