kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45899,52   0,77   0.09%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Simak Agenda PGEO di 2024: Komitmen Bagi Dividen, Ekspansi, & Capex Jumbo


Jumat, 15 Maret 2024 / 07:26 WIB
Simak Agenda PGEO di 2024: Komitmen Bagi Dividen, Ekspansi, & Capex Jumbo
ILUSTRASI. Pertamina Geothermal Energy (PGEO) berkomitmen membagi dividen dari keuntungan tahun buku 2023.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) berkomitmen membagi dividen dari keuntungan tahun buku 2023. Emiten yang bergerak di bidang usaha panas bumi ini juga menyiapkan belanja modal (capex) jumbo untuk menopang agenda ekspansi.

Bocoran terkait pembagian dividen disampaikan oleh Direktur Keuangan Pertamina Geothermal Energy, Yurizki Rio. Hanya saja, dia belum membuka besaran dividen yang diusulkan PGEO, lantaran hal ini masih akan dibahas dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada akhir Mei 2024 nanti. 

"Kami akan merujuk apa yang kami sampaikan dalam prospektus. Namun untuk persetujuan dividen itu sampai level berapa masih coba kami diskusikan secara internal di level PGEO dan stakeholders," ungkap Yurizki dalam media briefing yang digelar Kamis (14/3).

Adapun sepanjang tahun lalu PGEO meraih laba bersih senilai US$ 163,59 juta, meningkat 28,46% dibandingkan keuntungan pada tahun 2022. Pertumbuhan bottom line tahun 2023 itu sejalan dengan kenaikan pendapatan. PGEO membukukan pendapatan US$ 406,28 juta tahun lalu, tumbuh 5,23% ketimbang pendapatan tahun 2022.

Yurizki menyampaikan pertumbuhan pendapatan dan laba PGEO sejalan dengan kenaikan dari sisi margin keuangan dan operasional. Pada tahun ini, PGEO berupaya untuk menjaga tingkat margin dan capaian laba agar tetap tumbuh positif.

"Di tahun ini ada beberapa hal yang sudah kami antisipasi. Sehingga yang kami lakukan adalah menjaga level tingkat produksi, agar setidaknya bisa menjaga margin seperti di tahun 2023," ungkap Yurizki.

Baca Juga: Laba Naik 28% di 2023, Pertamina Geothermal (PGEO) Komitmen Bagi Dividen

Rencana Ekspansi

Dalam kesempatan yang sama, Presiden Direktur Pertamina Geothermal Energy Julfi Hadi menyampaikan sejumlah rencana bisnis dan strategi ekspansi PGEO. Menurut Julfi, PGEO punya ruang yang besar untuk tumbuh, seiring perbaikan ekosistem dan posisi penting panas bumi dalam transisi penggunaan energi bersih.

Julfi membeberkan, akselerasi pengembangan panas bumi dapat dicapai dengan aplikasi teknologi baru. Secara bersamaan, ada optimalisasi model bisnis lewat pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi (PLTP) dengan kapasitas yang lebih ramping. "Dengan begitu operasional lebih cepat, dan revenue juga lebih cepat masuk," ungkapnya.

Selain itu, secara bisnis PGEO akan mengembangkan secondary product seperti carbon credit dan pilot plant di Ulubelu green hydrogen. Sedangkan dari sisi kapasitas terpasang, PGEO sedang mengejar target 1 gigawatt pada tahun 2026. 

Hingga tahun lalu, kapasitas terpasang dalam operasi sendiri PGEO mencapai 672 megawatt (MW). Pada tahun ini, PGEO menargetkan kapasitas terpasang akan bertambah menjadi 727 MW. Tambahan sebesar 55 MW akan berasal dari PLTP Lumut Balai Unit 2 yang dijadwalkan beroperasi komersial kuartal IV-2024.

PGEO juga memiliki pipeline project baik di dalam maupun di luar negeri. Dalam strategi inorganic project, PGEO sedang menjajaki pengembangan panas bumi di Kenya dan Turkiye.

Di Kenya, PGEO telah mendapat perjanjian untuk kegiatan eksplorasi. Sedangkan di Turkiye PGEO menjajaki operating fields. "Kedua negara sedang mendorong pengembangan geothermal. Namun masih tahap awal, masih banyak due diligence yang kami kerjakan," kata Julfi.

Baca Juga: PGEO dan Perusahaan Kenya Kerja Sama Percepatan Pengembangan 2 Lapangan Panas Bumi

Capex 2024

Rencana ekspansi PGEO memerlukan nilai investasi yang jumbo, dengan estimasi kebutuhan dana sekitar US$ 3 miliar hingga tahun 2029. Yurizki mengatakan, kebutuhan dana tersebut sudah mencakup rencana ekspansi organik dan potensi merger dan akuisisi (M&A).

Yurizki bilang, investasi tersebut akan dipenuhi lewat kombinasi pendanaan. Selain fasilitas pembiayaan yang sudah ada, PGEO juga mendapatkan dukungan pendanaan dari sindikasi perbankan. Alternatif pendanaan lainnya adalah green bond untuk keperluan refinancing.

Sedangkan untuk tahun ini, Yurizki mengungkapkan PGEO mengalokasikan belanja modal (capex) senilai US$ 547 juta. Jika dikonversi memakai kurs rupiah saat ini Rp 15.580 per dolar AS, capex PGEO terbilang jumbo, yakni setara dengan Rp 8,52 triliun.

Yurizki merinci, sekitar 10%-15% dari anggaran tersebut akan dipakai untuk maintenance capex. Sementara sisanya sebagai growth capex. Alokasi capex itu juga sudah menghitung potensi M&A yang akan dilakukan pada tahun ini.

"Asumsi ada inisiatif terkait M&A yang kami jalankan, jadi US$ 547 juta itu sudah termasuk. Jika itu terjadi di tahun ini, kami sudah mendapat semacam standby fasilitas dari sindikasi bank," tandas Yurizki.

Baca Juga: Mengail Momentum Rebound Saham EBT

Rekomendasi Saham

Hingga perdagangan bursa kemarin (15/3) harga PGEO parkir di level Rp 1.185 per saham, usai melemah 1,25% secara harian. Jika diukur secara year to date, harga saham PGEO masih bergerak naik 1,28%. 

Level harga PGEO saat ini masih di atas harga penawaran saat IPO 24 Februari 2023 yang dibanderol Rp 875 per saham. Meski begitu, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana mengamati bahwa pergerakan PGEO saat ini cenderung konsolidasi.

Secara teknikal Herditya lebih menyarankan untuk speculative buy saham PGEO dengan mencermati support Rp 1.160 dan resistance di level Rp 1.215 per saham. Apabila masih bergerak di atas level support, maka  bisa memperhatikan target harga PGEO pada level Rp 1.235 per saham-Rp 1.300 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×